WARTABUANA – Sejak jaman dulu masyarakat Indonesia terbiasa menemukan cara untuk menjaga keksehatan dan mengobati beragam penyakit dengan jamu. Hingga kini jamu masih diyakini sebagai obat herbal yang potensial untuk menyembuhkan penyakit.
Negara Indonesia memang terkenal dengan kekayaan alamnya. Hal ini yang menyebabkan bangsa ini dikenal dengan pengobatan herbal terbaik di dunia. Dimana tanaman herbal bisa tumbuh subur di Indonesia. Tanaman herbal ini yang menjadi bahan dasar pembuatan jamu.
Jika merujuk pada Permenkes No.003/Menkes/Per/I/2010 disebutkan bahwa jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Bahan Kimia
Lantas kapan jamu pertama kali ditemukan di Indonesia? Siapa gerangan orang pertama yang punya kemampuan meracik berbagai tanaman sehingga bisa menjadi minuman yang berkhasiat bagi kesehatan. Memang belum ada jawaban yang secara pasti bisa menjawab pertanyaan tersebut.
Namun menurut berbagai sumber yang dihimpun, masyarakat Indonesia sudah mengenal jamu ribuan tahun yang lalu. Orang dulu mengenal pembuat jamu dengan istilah tabib atau dukun. Berdasarkan data dari Wikipedia disebutkan jamu sudah ada sejak 1.300 tahun yang lalu atau abad ke 13 pada jaman mataram kuno.
Hal itu ditandai dengan ditemukannya dokumentasi tertua tentang jamu yang terdapat pada relief Candi Borobudur (tahun 772 SM), dimana terdapat lukisan tentang ramuan obat tradisional atau jamu. Kemudian pada Relief-relief pada Candi Prambanan, Candi Penataran (Blitar), dan Candi Tegalwangi (Kediri) juga terdapat gambaran yang menerangkan penggunaan jamu bagi masyarakat suku Jawa.
Baru setelah itu, tahun 991-1016 M, perumusan obat dan ekstraksi dari tanaman ditulis pada daun kelapa atau lontar, misalnya seperti Lontar Usada di Bali, dan Lontar Pabbura di Sulawesi Selatan. Beberapa dokumen tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing.
Lalu pada tahun 1858 dan terdiri dari 1734 kerajaan Mataram Islam yang berpusat di Yogyakarta melakukan pembukuan mengenai jenis-jenis obat atau jamu. Misalnya saja dengan adanya Bab kawruh jampi Jawi yang sudah tersebar di masyarakat, membuktikan bahwa jamu selalu mewarisi dari generasi ke generasi.
Secara umum jamu dianggap tidak beracun dan tidak menimbulkan efek samping. Khasiat jamu telah teruji oleh waktu, zaman dan sejarah, serta bukti empiris langsung pada manusia selama ratusan tahun yang telah menggunakan obat tradisional.
Dan kini seiring dengan perkembangan jaman, jamu di Indonesia sudah mengalami banyak kemajuan hal itu ditandai dengan banyak pabrik jamu yang tubuh subur di Indonesia.
Mungkin bedanya saat ini jamu modern sudah dicampuri banyak ramuan bahan kimia yang bisa jadi ada efek sampingnya. Berbeda dengan jamu-jamu yang masih dibuat dengan cara yang tradisional seperti jamu gendong, jamu beras kencur, jamu kunir asam dan lain sebagainya jamu ini terlihat lebih alami. []