WARTABUANA – Pemerhati anak dan remaja, yang juga pendiri Rumah Budaya Satu-satu (RBSS), Eddie Karsito, menyayangkan lemahnya generasi muda saat ini terhadap pemahaman sejarah. Anak-anak dan remaja, menurutnya, sering lupa dan bahkan ada yang tidak tahu ketika ditanya tentang maklumat ‘Sumpah Pemuda.’
“Generasi hari ini alpa sejarah. Mereka tidak berpikir untuk menyatukan diri dalam satu tumpah darah Indonesia. Padahal Sumpah Pemuda punya daya rekat terhadap persatuan dan kesatuan bangsa,” ujar Eddie Karsito, ditemui wartawan pada acara menyongsong peringatan ‘Hari Sumpah Pemuda 1928 – 2018’ yang berlangsung di sekretariat Rumah Budaya Satu-satu (RBSS), Kranggan Permai Jatisampurna, Bekasi, Minggu (21/10/2018).
Kendati demikian, kata Eddie, Sumpah Pemuda tetap diperingati dan digelorakan semangatnya. “Semangat jargon bersatu, tentu bisa diawali dari lingkup terkecil, yaitu keluarga, tempat berkumpul, atau di komunitas, seperti Rumah Budaya Satu-satu ini,” ujar penggiat budaya yang juga aktor film penyandang gelar Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung (FFB) 2008 ini.
Sumpah Pemuda, adalah penegasan tentang cita-cita, ‘tanah air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia’. Sebuah keputusan para pemuda melalui ‘Kongres Pemuda’ yang diselenggarakan di Batavia (Jakarta), 28 Oktober 1928. Ikrar ini merupakan semangat dan penegaskan cita-cita berdirinya Negara Indonesia.
Selain melihat sejarah sebagai cermin, kata Eddie, generasi baru harus mampu menciptakan cara dalam hidup mereka sesuai kondisi zaman. “Segala yang terjadi hari ini memberi petunjuk bahwa tekad tentang tanah air, bangsa, dan bahasa yang satu, memerlukan makna baru atas situasi yang kita hadapi sekarang,” ujarnya.
Perkembangan lain di dunia global saat ini adalah terjadinya persinggungan langsung dunia antar bangsa yang seakan melipat jarak. “Oleh karena itu, tekad tentang tanah air, bangsa, dan bahasa yang satu, bukan sekadar simbol masa lalu yang menempatkan kita pada romantisme sejarah. Tapi realitas kekinian yang memiliki tantangan lebih besar dan kompleks,” ujar peraih penghargaan ‘Anak Bangsa Berkepribadian Pembangunan 2013,’ dari Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.
Peringatan ‘Hari Sumpah Pemuda 1928 – 2018’ ini sekaligus menandai hari lahirnya Rumah Budaya Satu-satu (RBSS) yang dideklarasikan para seniman, budayawan, tokoh adat, tokoh masyarakat, pejabat, birokrat, dan pemerhati masalah sosial budaya, tahun lalu, 28 Oktober 2017.
Sumpah Pemuda, menjadi momentum dan spirit bagi Rumah Budaya Satu-satu (RBSS), untuk menjaga Indonesia yang multikultural. Memperkuat nasionalisme, persatuan, dan kesatuan, serta menjadi bangsa kuat dan lebih beradab di dunia. Menguatkan falsafah ‘Bhinneka Tunggal Ika’ berdasarkan pada kesadaran asal usul bangsa Indonesia, berasal dari berbagai ras dunia, dan berevolusi menjadi suku-suku yang membentuk bangsa Indonesia.
“Jika tekad tanah air, bangsa, dan bahasa yang satu telah diikrarkan para pendahulu kita, maka tekad kita hari ini adalah membangun kesadaran bahwa kita adalah; ‘manusia yang satu, tinggal di bumi yang satu, dan Tuhan yang satu.’ Membangun budaya Indonesia menuju perubahan, pencerahan, berperikemanusiaan, penuh solidaritas, berkeadilan, berbasis pada nilai-nilai kearifan budaya,” ujar Eddie.
Hadir di acara ini Musodik Zuhri (Penasehat RBSS), Denny Kadarrusman (Pendongeng Nasional), Sabrina Salawati Daud, S.pd (Pengiat Budaya dan Pemerhati Anak), para seniman, guru dan pendidik, serta ratusan pelajar dari berbagai sekolah dan sanggar.
Acara ditandai dengan pembacaan ikrar ‘Sumpah Pemuda’ dan menyanyikan lagu Nasional Indonesia, ‘Satu Nusa Satu Bangsa’ ciptaan Liberty Manik. Dilanjutkan lomba ketangkasan, keterampilan, permainan anak-anak, serta talk show cara hidup sehat untuk anak, yang diikuti para ibu. Para pemenang lomba ketangkasan, masing-masing mendapat hadiah berupa sepeda mini, bola tendang, dan tas sekolah, dari salah satu produsen minuman sehat.
Pada kesempatan tersebut, para aktivis Rumah Budaya Satu-satu (RBSS) yang tergabung dalam di ‘Antropolog Muda’ mendapat pembagian buku seri motivasi “Gembala Kerbau Taklukkan Harimau.” Buku tersebut menceritakan tentang kisah sukses Agi Sugiyanto, seorang mantan Wartawan yang kini menjadi seorang miliarder.[]