Foto dokumentasi tak bertanggal ini menunjukkan situs arkeologi istana bawah tanah di Kuil Famen di Provinsi Shaanxi, China barat laut. (Xinhua/Museum Kuil Famen)
XI’AN, 24 Mei (Xinhua) — Analisis kimia yang dilakukan oleh para peneliti China menemukan bahwa dupa yang ditemukan dari istana bawah tanah yang berasal dari Dinasti Tang (618-907) menunjukkan bukti arkeologis dari perdagangan dupa di sepanjang Jalur Sutra kuno.
Studi yang dilakukan bersama oleh para peneliti dari Universitas Akademi Ilmu Pengetahuan China (University of Chinese Academy of Sciences/UCAS), Museum Istana, dan Museum Kuil Famen, baru-baru ini diterbitkan secara daring (online) di Proceedings of the National Academy of Sciences.
Para peneliti menganalisis tiga sampel dupa yang ditemukan di istana bawah tanah di Kuil Famen, sebuah kuil berpengaruh yang terletak di Provinsi Shaanxi, China barat laut, yang terkenal sebagai tempat sarira (relik Buddha) tulang jari suci dari Buddha Sakyamuni.
Zat aromatik berwarna kuning dari satu sampel diidentifikasi sebagai elemi, yang banyak ditemukan di negara-negara Asia Tenggara dan China tenggara. Ini adalah bukti fisik pertama dari elemi di zaman Dinasti Tang yang ditemukan di China, kata Ren Meng dari Museum Istana.
Foto dokumentasi tak bertanggal ini menunjukkan sampel dupa yang ditemukan di istana bawah tanah di Kuil Famen di Provinsi Shaanxi, China barat laut. (Xinhua/Museum Kuil Famen)
Sampel lain diidentifikasi sebagai senyawa gaharu dan kemenyan, yang memberikan bukti paling awal dari Hexiang (pencampuran aromatik) pada era China kuno.
Kemenyan sebagian besar didistribusikan di sepanjang pesisir Laut Merah, Semenanjung Arab, dan India. Studi tersebut menemukan bahwa kemenyan dan produknya diperkenalkan ke Chang’an pada Dinasti Tang, yang sekarang wilayah Xi’an, tambah Ren.
Penelitian tersebut mengonfirmasi bahwa aromatik yang ditemukan di kuil tersebut diperkenalkan dari luar negeri ke ibu kota kuno China melalui Jalur Sutra via darat atau laut, dan digunakan di istana bawah tanah untuk memuja sarira. Ini merupakan saksi sejarah kemakmuran Jalur Sutra, perdagangan dupa yang berkembang pesat, dan perkembangan agama Buddha selama periode itu, demikian dikatakan Yang Yimin, seorang profesor di UCAS. [Xinhua]