CHONGQING, Beragam gambar boneka dengan aneka motif dan gerakan dilukiskan di atas kanvas berbentuk bundar. Lukisan bertajuk “Future” karya seniman asal Indonesia Suanjaya Kencut itu dipajang dalam pameran seni di Chongqing, China barat daya, dan sukses memukau banyak penikmat seni di China.
Pameran bertajuk “Symphony of Coexistence – Chinese and Southeast Asian Art Invitational Exhibition” ini dibuka pada pertengahan Maret dan dijadwalkan berakhir pada Mei mendatang. Hampir 100 karya buatan seniman asal China, Thailand, Indonesia, Filipina, dan negara-negara lain dipajang dalam pameran yang digelar di Sichuan Fine Art Insitute tersebut.
Di aula pameran itu, karya seni dalam berbagai bentuk, mulai dari lukisan, karya cetak tiga dimensi (3D), hingga video 4K menampilkan keberagaman seni yang mengandung unsur tradisional dan mutakhir.
Lukisan bertajuk “Future” karya seniman asal lndonesia Suanjaya Kencut dipajang dalam pameran seni bertajuk “Symphony of Coexistence – Chinese and Southeast Asian Art Invitational Exhibition” yang digelar di Kota Chongqing, China barat daya. (Xinhua)
Sejumlah karya seniman asal Indonesia menjadi sorotan dalam pameran tersebut, antara lain lukisan “Pembawa Baterai Superhero-Superhero” karya Heri Dono yang memadukan unsur keberagaman budaya modern dan budaya tradisional Indonesia, serta menunjukkan gagasan penciptanya tentang masyarakat masa kini dalam balutan gaya humor.
Selain itu, karya berjudul “Landscape” dari seniman Indonesia Yunizar dan “TEPO SELIRO” dari Roby Dwi Antono juga tak kalah memikat. Keduanya mencerminkan perasaan kedua seniman itu terhadap perubahan kehidupan dan masyarakat.
Menurut He Guiyan, yang menjabat sebagai dekan museum kesenian di Sichuan Fine Art Institute sekaligus salah satu penyelenggara pameran, gelaran kali ini menyoroti bentuk pengakuan dan pertukaran timbal balik antarperadaban dan inovasi di bidang seni. Adapun pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat lewat pameran ini adalah betapa komunikasi dan perpaduan budaya merupakan landasan bagi kehidupan berdampingan yang harmonis bagi seluruh umat manusia, dan kekuatan seni dapat membantu masyarakat mengatasi jarak geografis maupun kendala bahasa dan perbedaan budaya dalam meningkatkan rasa saling pengertian dan mendorong pembangunan bersama.
Karya seni bertajuk “Ideal National Golden Center” dari seniman China Jiao Xingtao dipajang dalam pameran seni yang mengusung tema “Symphony of Coexistence – Chinese and Southeast Asian Art Invitational Exhibition” yang digelar di Kota Chongqing, China barat daya. (Xinhua)
“Sejak diluncurkannya Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, komunikasi kebudayaan juga ditekankan, seperti kerja sama perdagangan dan ekonomi. Pameran semacam ini memberikan platform penting bagi pertukaran China dan Asia Tenggara, di mana para seniman dan masyarakat China dapat menilik masyarakat Asia Tenggara dari sudut pandang mereka sendiri, dan sebaliknya, seniman Asia Tenggara pun dapat lebih mengenal China,” ujar Apinan Poshyananda, CEO sekaligus direktur kesenian dari Thailand untuk Pameran Kesenian Dua Tahunan Bangkok.
Apinan menambahkan bahwa banyak karya seni dari China sangat mengesankan. Dirinya pun berniat mengundang para rekan dari China untuk mengikuti pameran serupa di Thailand.
Sejumlah seminar akademis mengenai pertukaran antarmasyarakat dan kesenian China-ASEAN juga akan diadakan di sela-sela pameran ini. [Xinhua]