ANTANANARIVO, “Bahasa adalah bagian dari budaya. Jika Anda ingin menguasai bahasa asing, menyanyi adalah cara yang efektif,” kata Zo Rasendra, salah satu direktur Institut Konfusius di Universitas Antananarivo.
“Kami mengamati bahwa kaum muda Malagasy memiliki potensi dalam menyanyi,” kata Rasendra kepada Xinhua pada Sabtu (12/3) pekan lalu di sela-sela final kontes menyanyi bahasa mandarin perdana bertajuk “Suara Terindah di Madagaskar”, yang digelar di Antananarivo, ibu kota Madagaskar.
Diselenggarakan oleh Institut Konfusius Universitas Antananarivo bekerja sama dengan Institut Konfusius Universitas Toamasina, dan Ecole de la Francophonie, kontes ini bertujuan untuk mendorong kaum muda untuk mempelajari bahasa Mandarin.
Dari sekitar 100 peserta yang berpartisipasi, 24 orang pun maju ke babak semifinal.
Andriantsiferana Rutha Esther, salah satu dari 10 finalis, berhasil meraih juara pertama dalam kontes tersebut.
“Senang! Saya sangat gembira!”, ujar mahasiswa tahun kedua di Institut Konfusius Universitas Antananarivo, yang memiliki nama China Xu Tianyu.
Esther menantikan untuk berangkat ke China demi bersaing dalam Kontes Dunia “Belajar Bahasa Mandarin dengan Bernyanyi”.
“Ini juga merupakan tujuan awal saya belajar bahasa Mandarin. Untuk mengikuti kontes internasional papan atas (di China),” imbuhnya.
Lagu-lagu Malagasy juga ditampilkan di babak final. Zhang Shanyi, yang menggunakan nama panggung Lina GPE, diundang untuk menyanyikan lagu karyanya sendiri dalam bahasa setempat.
Zhang adalah salah satu contoh peran bernyanyi dalam mempelajari bahasa asing dan meresapi sebuah budaya.
“Ayah dan Ibu saya keduanya adalah orang China. Kami tinggal di Madagaskar,” katanya.
“Saya baru belajar bahasa Malagasy dua tahun lalu. Saya sangat menyukai musik dan penyanyi Malagasi, serta budaya di sini.” [Xinhua]