Para petugas polisi berjaga-jaga di Times Square di New York, Amerika Serikat, pada 31 Desember 2022. (Xinhua/Li Rui)
Pada 2023, AS “berpeluang besar” mengalami peningkatan kejahatan kebencian yang akan berlanjut hingga pemilu 2024, di mana Donald Trump kembali mencalonkan diri sebagai presiden.
NEW YORK CITY, 27 April (Xinhua) — Data dari Biro Investigasi Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI) Amerika Serikat (AS) menunjukkan “pola yang jelas” dari kejahatan kebencian yang dilaporkan melonjak selama pemilihan presiden, seperti dilaporkan USA Today pada Rabu (26/4) yang mengutip sebuah laporan baru.
Data dari 2008 menunjukkan adanya peningkatan kejahatan kebencian terhadap kelompok-kelompok rasial pada saat pemilu, menurut laporan dari Leadership Conference Education Fund, sebuah kelompok hak-hak sipil nasional.
Sejak 2015, kejahatan kebencian meningkat secara signifikan hingga lebih dari 80 persen, dan 2021 merupakan tahun dengan jumlah kejahatan kebencian tertinggi yang pernah tercatat sejak FBI mulai menerbitkan data terkait pada 1991, menurut laporan tersebut.
Para penulis laporan itu menyampaikan peringatan keras bahwa “hanya ada sedikit — bahkan kalaupun ada — tanda-tanda bahwa ketegangan akan berkurang.”
Laporan tersebut mengatakan bahwa pada 2023, AS “berpeluang besar” mengalami peningkatan kejahatan kebencian yang akan berlanjut hingga pemilu 2024, di mana Donald Trump kembali mencalonkan diri sebagai presiden. [Xinhua]