Pandemi kini berada dalam fase yang berbeda, dengan tersedianya vaksin dan dosis booster, serta rekognisi bahwa banyak warga Amerika tidak akan setuju diterapkannya lagi pembatasan di level paling ketat.
NEW YORK CITY, Untuk pertama kalinya dalam dua bulan, Amerika Serikat (AS) melaporkan rata-rata lebih dari 100.000 kasus baru COVID-19 setiap hari, beberapa hari setelah jutaan warga Amerika melakukan perjalanan libur Thanksgiving.
Hingga Sabtu (4/12), rata-rata pergerakan kasus baru dalam tujuh hari berada di angka 121.437 kasus, seperti dikutip CNN dari data Universitas Johns Hopkins (Johns Hopkins University/JHU). Sebelum pekan tersebut, AS terakhir kali menembus angka 100.000 kasus baru dalam sehari pada awal Oktober.
Selain kasus baru, angka kematian akibat virus corona juga mencatatkan kenaikan, dengan rata-rata dalam tujuh hari sebanyak 1.651 orang meninggal dunia per hari hingga Sabtu yang sama, tunjuk data JHU. Rata-rata kematian harian tidak pernah setinggi ini selama lebih dari sebulan terakhir.
Pada Minggu (5/12), Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS Rochelle Walensky mengatakan kepada ABC News bahwa virus corona varian Omicron sejauh ini telah ditemukan di sekitar 15 negara bagian di AS.
“Kita memiliki beberapa belas kasus … dan setiap hari kita mendengar semakin banyak dugaan kasus sehingga jumlah kasus mungkin akan meningkat,” tuturnya. Dia melanjutkan bahwa varian Delta masih menjadi mayoritas kasus COVID-19 di negara tersebut.
DOMINANSI DELTA
Kasus COVID-19 terus meningkat dan mengisi banyak rumah sakit pascalibur Thanksgiving di beberapa wilayah AS, seperti upstateNew York, New England, dan Midwest, lapor The Wall Street Journal (WSJ) pada Sabtu.
Meskipun musim libur menimbulkan penurunan semu dalam pelaporan data COVID-19 negara bagian, data terbaru mengindikasikan lonjakan nasional dalam jumlah kasus yang bermula pada akhir Oktober masih terus berlanjut, sebagian besar diakibatkan oleh varian Delta.
Data federal menunjukkan pendaftaran pasien baru di rumah sakit juga meningkat, dan AS mencatat pertambahan lebih dari 1.000 kematian baru harian akibat COVID-19, sebuah indikator yang tertinggal, sebelum Thanksgiving mengganggu proses pelaporan, urai laporan itu.
“Lonjakan varian Delta melanda wilayah AS Tenggara pada musim panas tahun ini, yang kemudian mereda pada September, tetapi sejak itu berpindah ke berbagai wilayah di negara ini, di mana kerumunan dalam ruangan (indoor) untuk menghindari cuaca dingin bisa mengakibatkan lebih banyak penularan,” papar laporan tersebut.
FASE BERBEDA
Anthony Fauci, ketua penasihat medis Presiden AS Joe Biden, pada Minggu mengatakan bahwa AS setiap hari meninjau kembali larangan perjalanannya terhadap Afrika Selatan dan negara-negara Afrika lain. Dia berharap dapat mencabut larangan tersebut “dalam jangka waktu yang layak” bahkan setelah varian Omicron menyebar di seluruh negara itu.
“Walaupun masih terlalu dini untuk benar-benar membuat pernyataan definitif terkait hal ini, sejauh ini, sepertinya tingkat keparahan varian tersebut tidaklah besar,” tutur Fauci kepada CNN, yang masih enggan untuk mengeluarkan kepastian apa pun terkait Omicron.
Meski mendesak warga Amerika agar memakai masker, mengikuti vaksinasi, serta langkah-langkah pencegahan lain untuk mengantisipasi serangan Omicron, sebagian besar pejabat AS masih menghindari penerapan aturan wajib masker yang luas dan karantina wilayah (lockdown) yang pernah dilaksanakan pada tahap awal pandemi.
Hal ini mencerminkan pandangan bahwa “pandemi kini berada dalam fase yang berbeda, dengan tersedianya vaksin dan dosis booster, serta rekognisi bahwa banyak warga Amerika tidak akan setuju diterapkannya lagi pembatasan di level paling ketat,” lapor WSJ. [Xinhua]