BEIJING – Sembilan puluh tahun yang lalu, pasukan Jepang menyerang Beidaying, lokasi garnisun tentara China, dan Kota Shenyang di China timur laut, menandai pecahnya perang agresi Jepang terhadap China.
Serangan yang berlangsung pada 18 September 1931 itu dikenal sebagai Insiden 18 September.
Penderitaan yang menimpa negara itu memicu kebangkitan nasional yang belum pernah terjadi sebelumnya. Selama 14 tahun pascaserangan itu, rakyat China berjuang dengan gigih, dan China akhirnya meraih kemenangan penuh pertama dalam perlawanannya melawan agresi asing pada zaman modern.
Presiden China Xi Jinping, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) dan Ketua Komisi Militer Sentral, memuji pengorbanan besar yang dilakukan oleh rakyat China dalam mengalahkan militer Jepang dan menyerukan untuk menjunjung tinggi semangat perlawanan terhadap agresi dan menghargai perdamaian.
Berikut beberapa sorotan dari sejumlah kutipan Presiden Xi:
— Upaya perjuangan rakyat China setelah Insiden 18 September menandai dimulainya Perang Perlawanan Rakyat China Terhadap Agresi Jepang, dan juga babak awal dari Perang Global melawan Fasisme.
— Kemenangan besar ini mengakhiri penghinaan terhadap bangsa China yang menderita kekalahan beruntun di tangan agresor asing pada zaman modern, dan memenangkan rasa hormat kepada rakyat China dari semua orang yang mencintai perdamaian di seluruh dunia.
— Semangat besar perlawanan terhadap agresi Jepang sangatlah berharga bagi seluruh rakyat China. Hal itu akan selalu menjadi inspirasi mendalam yang membuat mereka mampu mengatasi segala hambatan dan kesulitan dalam perjalanan bangsa mewujudkan Impian Rakyat China dalam peremajaan nasional.
— Masa lalu tidak bisa diubah, namun masa depan dapat dibentuk. Mengingat sejarah tidak berarti melanggengkan kebencian. Sebaliknya, tujuannya adalah untuk memastikan umat manusia tidak melupakan pelajaran yang dapat dipetik.
— Terlepas dari tahap pembangunan yang berhasil dicapai, China tidak akan berupaya menancapkan hegemoni atau melakukan ekspansi. China tidak akan membebankan penderitaannya di masa lalu terhadap bangsa mana pun. [Xinhua]