SHANGHAI, Shanghai telah berhasil mengendalikan kemunculan kembali kasus COVID-19 baru-baru ini hanya dalam waktu tiga hari setelah menerapkan serangkaian langkah pencegahan dan pengendalian yang cepat.
Tidak ada kasus baru penularan lokal yang dilaporkan pada Minggu (28/11) di Shanghai, papar komisi kesehatan kota pada Senin (29/11).
“Situasi epidemi di Shanghai akan segera berakhir,” ujar Zhang Wenhong, Kepala Pusat Penyakit Menular di Rumah Sakit Huashan Universitas Fudan yang berbasis di Shanghai pada Minggu melalui akunnya di situs mikroblog Sina Weibo.
Segera setelah tiga kasus terbaru dilaporkan di Shanghai pada 25 November lalu, pihak berwenang langsung mengaktifkan status tanggap darurat, melakukan investigasi epidemiologi, serta melakukan tes asam nukleat terhadap para personel yang relevan dan mendisinfeksi tempat-tempat terkait.
Menurut peraturan, petugas investigasi epidemiologi harus tiba di lokasi dalam waktu dua jam, dan menyelesaikan investigasi inti dalam waktu empat jam, serta menyelesaikan laporan epidemiologi dalam waktu 24 jam, kata Pan Hao, pejabat yang bertanggung jawab atas pencegahan dan pengendalian COVID-19 di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kota Shanghai.
“Hanya melalui respons cepat kita dapat meminimalkan penyebaran virus ini,” ujar Pan.
Hingga Minggu pagi, total 214 orang yang diidentifikasi sebagai kontak erat di Shanghai telah diuji dan dikarantina. Di antara mereka, satu orang ditemukan sebagai pembawa (carrier) tanpa gejala pada Sabtu (27/11).
Sejumlah departemen, termasuk pusat maha data (big data), serta keamanan publik dan otoritas lalu lintas, dikerahkan untuk memastikan kehidupan normal penduduk di kota itu, sembari tetap memprioritaskan pengendalian epidemi.
Birendra Kumar Sah, ahli bedah asal Nepal di Rumah Sakit Ruijin Fakultas Kedokteran Universitas Jiaotong Shanghai, menyaksikan sendiri efisiensi Shanghai melalui manajemen kota itu yang tepat waktu dan jitu.
Beberapa rumah sakit, termasuk Ruijin, menangguhkan sejumlah operasinya sebagai langkah pengendalian epidemi setelah dilaporkannya kasus-kasus baru, dengan dokter, perawat, dan pasien dilarang meninggalkan rumah sakit.
Dokter asal Nepal itu mengatakan bahwa pihak rumah sakit senantiasa menyediakan kebutuhan bagi para staf dan pasien, sehingga pekerjaan sehari-hari hampir tidak terdampak.
Dia juga tersentuh ketika pihak rumah sakit membuat pengaturan sehingga putranya yang berusia 6 tahun dapat dirawat oleh guru taman kanak-kanaknya, sementara dia dan istrinya dikarantina di rumah sakit.
“Sementara kami melayani pasien dan masyarakat, masyarakat juga melayani kami,” ujar Kumar Sah.
Pada Senin (29/11) pagi, semua rumah sakit di kota itu mengakhiri manajemen tertutupnya dan kembali beroperasi normal.
Wu Jinglei, Direktur Komisi Kesehatan Kota Shanghai, menyatakan bahwa kota itu akan melakukan upaya yang lebih besar lagi dalam memberikan respons yang tepat, meningkatkan respons darurat, dan membimbing warga untuk memperkuat perlindungan diri sehingga garis pertahanan yang solid terhadap epidemi dapat diwujudkan melalui upaya bersama. Selesai