Anggota Dewan Negara sekaligus Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyampaikan pidato kebijakan dengan sesi tanya jawab di Sekretariat ASEAN di Jakarta pada 11 Juli 2022. (Xinhua/Xu Qin)
Anggota Dewan Negara sekaligus Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan sejarah dan praktik telah berulang kali membuktikan bahwa ketika prinsip Satu China diakui sepenuhnya dan dipatuhi secara menyeluruh, Selat Taiwan akan tetap tenang dan kedua belah pihak menikmati perkembangan yang damai. Namun, ketika prinsip Satu China secara sewenang-wenang ditantang atau bahkan disabotase, akan ada awan gelap atau bahkan badai dahsyat melintasi Selat Taiwan.
JAKARTA, 11 Juli (Xinhua) — Anggota Dewan Negara sekaligus Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi pada Senin (11/7) mengatakan bahwa prinsip Satu China menjadi landasan stabilitas di Selat Taiwan.
Pernyataan tersebut dilontarkan Wang saat menyampaikan pidato kebijakan tentang mematuhi regionalisme terbuka dengan sesi tanya jawab di Sekretariat Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), ketika menjawab pertanyaan mengenai akar penyebab ketegangan saat ini di Selat Taiwan dan bagaimana menjaga perdamaian serta stabilitas di Selat Taiwan.
Wang mengatakan bahwa sejarah dan praktik telah berulang kali membuktikan bahwa ketika prinsip Satu China diakui sepenuhnya dan diikuti secara menyeluruh, Selat Taiwan akan tetap tenang dan kedua belah pihak menikmati perkembangan yang damai. Namun, ketika prinsip Satu China secara sewenang-wenang ditantang atau bahkan disabotase, akan ada awan gelap atau bahkan badai dahsyat melintasi Selat Taiwan.
Wang mengatakan bahwa ketegangan di Selat Taiwan saat ini berakar pada fakta bahwa otoritas Partai Progresif Demokratik (Democratic Progressive Party/DPP) Taiwan mengabaikan Konsensus 1992, yang mewujudkan prinsip Satu China, merusak landasan penting bagi perkembangan damai hubungan lintas Selat Taiwan, dan melangkah lebih jauh ke jalan yang salah, yakni “mencari kemerdekaan dengan dukungan asing.”
Wang juga mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) terus-menerus mendistorsi dan merongrong kebijakan Satu China, mencoba menggunakan “kartu Taiwan” untuk mengganggu dan menghambat proses perkembangan China.
Lebih lanjut Wang mengatakan bahwa orang-orang kini berbicara tentang mempertahankan “status quo”, dan apa sebenarnya “status quo” dari isu Taiwan? Dikatakan Wang, faktanya nyata dan jelas, yaitu kedua sisi Selat Taiwan adalah milik China yang satu dan sama, Taiwan adalah bagian dari teritori China. Meskipun terjadi antagonisme politik antara kedua sisi Selat Taiwan, kedaulatan dan integritas teritorial China tidak pernah terpecah.
Ini adalah status quo yang sebenarnya dari Selat Taiwan, yang tidak berubah sejak zaman kuno dan tidak akan berubah, kata Wang. Dia menambahkan, justru otoritas DPP dan kekuatan eksternal yang berusaha “menggunakan isu Taiwan untuk menahan China” yang menantang dan merusak status quo.
Menekankan bahwa isu Taiwan merupakan inti dari kepentingan inti China, Wang mengatakan bahwa menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial adalah tanggung jawab terikat setiap keturunan China, dan tidak ada pihak, kekuatan, atau negara mana pun yang bisa bermimpi untuk memisahkan Taiwan dari China.
Menyatakan bahwa prinsip Satu China juga merupakan prinsip dasar bagi China untuk menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain, dan merupakan bagian dari tatanan internasional pasca-Perang Dunia II, diharapkan dan diyakini bahwa semua negara akan sepenuhnya mengakui bahaya serius “kemerdekaan Taiwan” dan pemisahan diri, serta bekerja sama dengan China untuk menegakkan prinsip Satu China, kata Wang.
Sikap yang lebih jelas dalam menegakkan prinsip Satu China dan langkah-langkah yang lebih kuat untuk membendung kekuatan separatis mengarah pada lebih banyak kemungkinan untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, dan lebih banyak jaminan untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran regional, ujar Wang.
AS baru-baru ini menekankan berkali-kali bahwa mereka akan menjaga kedaulatan dan integritas teritorial setiap negara, yang, menurut Wang, China sangat mementingkan karena sesuai dengan norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional dan tujuan Piagam PBB. Namun, mempertimbangkan rekam jejak pihak AS, harus ditekankan bahwa AS tidak boleh menerapkan standar ganda, melangkah mundur, dan berubah-ubah sikap, kata Wang.
Kedaulatan dan integritas teritorial China dalam isu Taiwan juga harus dihormati dan dijaga, yang juga merupakan ujian bagi kredibilitas internasional AS sebagai negara besar, katanya. [Xinhua]