LONDON – Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Selasa (17/8) malam waktu setempat menggelar pembicaraan melalui telepon terkait situasi di Afghanistan saat ini menyusul pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, demikian disampaikan Downing Street dalam sebuah pernyataan.
Kedua pemimpin menyambut baik kerja sama negaranya dalam beberapa hari terakhir untuk membantu mengevakuasi warga negara mereka, staf yang masih dan sudah tidak bekerja, serta yang lainnya dari Afghanistan, sebut Downing Street.
“Mereka memutuskan untuk terus bekerja sama secara erat terkait hal ini dalam beberapa hari dan pekan ke depan guna memungkinkan sebanyak mungkin orang meninggalkan negara itu,” tambahnya.
Johnson dan Biden juga sepakat tentang perlunya komunitas global untuk bersama-sama mencegah krisis kemanusiaan di Afghanistan.
Diungkapkan Downing Street bahwa rencana Inggris meliputi peningkatan bantuan kemanusiaan ke kawasan tersebut dan pemukiman kembali para pengungsi.
Kantor Departemen Dalam Negeri (Home Office) Inggris pada Selasa malam mengatakan bahwa hingga 20.000 pengungsi Afghanistan akan diberikan jalan untuk mendirikan rumah di Inggris selama lima tahun.
Dalam percakapan telepon mereka, kedua pemimpin juga sepakat untuk menggelar pertemuan virtual para pemimpin Kelompok Tujuh (Group of Seven/G7) dalam beberapa hari mendatang guna membahas situasi Afghanistan.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Senin (16/8), Biden tetap pada keputusannya untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan sembari mengakui bahwa jatuhnya Kabul ke tangan Taliban terjadi lebih cepat dari yang diantisipasi Washington.
Hanya dalam sepekan, Taliban, yang digulingkan AS pada 2001 lalu, bergerak dari kemenangan menguasai ibu kota provinsi pertamanya hingga akhirnya merebut Kabul, ibu kota negara Asia yang dilanda perang itu.”
Johnson sebelumnya pada Minggu (15/8) mengatakan bahwa keputusan AS untuk menarik diri dari Afghanistan telah “mempercepat berbagai hal.” [Xinhua]