YERUSALEM – Naftali Bennett, pemimpin partai sayap kanan Yamina (United Right), dilantik sebagai perdana menteri (PM) baru Israel pada Minggu (13/6) malam waktu setempat, menggeser Benjamin Netanyahu menjadi pihak oposisi setelah rekor 12 tahun berkuasa.
Hal itu terjadi setelah pemerintah koalisi baru, yang dipimpin oleh Bennett dan Yair Lapid, pemimpin partai sentris Yesh Atid (Masa Depan), disetujui oleh parlemen Israel (Knesset) dalam sebuah mosi percaya.
Dalam mosi percaya yang sebelumnya diadakan di parlemen itu, 60 anggota parlemen dari 120 anggota majelis memberikan suara mendukung pemerintahan baru, sementara 59 lainnya menentang.
Tayangan televisi dari sidang parlemen tersebut menunjukkan Bennett dan Lapid duduk di kursi baru mereka di kursi koalisi di parlemen, sementara Netanyahu, pemimpin terlama Israel, pindah ke barisan kursi oposisi.
Pada kesempatan yang sama, 27 menteri baru dari koalisi pemerintahan baru juga dilantik.
Bennett dan Lapid akan dirotasi sebagai perdana menteri dengan masa jabatan dua tahun, dengan Bennett menjabat pertama kali. Sementara itu, selain bergantian mengisi posisi perdana menteri, Lapid duduk menjabat sebagai menteri luar negeri Israel.
Parlemen Israel pada Minggu malam yang sama juga memilih Mickey Levy, seorang anggota parlemen dari Partai Yesh Atid, sebagai juru bicara barunya.
Koalisi baru itu mencakup delapan partai, termasuk partai Islam Ra’am, faksi Arab pertama yang masuk dalam koalisi pemerintahan di Israel.
Ribuan warga Israel berkumpul di Rabin Square di Tel Aviv tengah pada Minggu malam untuk merayakan berakhirnya masa pemerintahan Netanyahu.
Pembentukan pemerintahan koalisi baru tersebut mengakhiri krisis politik di Israel, yang menyebabkan terjadinya empat kali pemilihan dalam dua tahun. [Xinhua]