PBB – Aksi kekerasan dan insiden terkait keselamatan telah merenggut nyawa 28 personel sipil Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2020 dan enam bulan pertama 2021, sebut laporan yang dirilis pada Rabu (27/10).
Dari jumlah tersebut, tujuh di antaranya tewas akibat aksi kekerasan dan 21 lainnya tewas akibat insiden terkait keselamatan, menurut laporan terbaru sekretaris jenderal (sekjen) PBB yang bertajuk “Keselamatan dan Keamanan Personel Bantuan Kemanusiaan dan Perlindungan Personel PBB”.
Jumlah penculikan personel PBB meningkat drastis dari semula enam orang pada 2019 menjadi 17 orang pada 2020. Tambahan tujuh personel lainnya diculik dalam enam bulan pertama 2021.
Selama periode 18 bulan yang tercakup dalam laporan sekjen PBB itu, sebanyak 153 personel terluka akibat tindakan kekerasan dan 157 lainnya terluka akibat insiden terkait keselamatan.
Secara keseluruhan, insiden yang terkait dengan keselamatan dan keamanan telah memengaruhi kehidupan 2.217 personel PBB, naik dibandingkan 2.162 orang selama 18 bulan sebelumnya.
Selama periode pelaporan terakhir itu, tercatat ada 45 serangan yang menyasar gedung PBB, 164 serangan terhadap kendaraan PBB, dan 177 upaya penyusupan ke gedung-gedung PBB.
Dalam 18 bulan terakhir, ada tiga tren utama yang terus bertahan, dengan efek buruk pada berbagai tingkat dan jenis ancaman terhadap personel PBB dan personel bantuan kemanusiaan yang melakukan pekerjaan penting dalam situasi yang mudah berubah, kata laporan itu.
Tren pertama, peran aktor bersenjata non-negara kian menonjol. Kedua, teknologi informasi, di samping bermanfaat, juga menimbulkan ancaman yang terkait dengan disinformasi. Ketiga, perluasan ekstremisme kekerasan di seluruh benua terus berlanjut, khususnya di daerah-daerah yang minim peluang kerja bagi kaum muda dan layanan dasar negara seperti keamanan.
Personel bantuan kemanusiaan dan PBB terus mempertaruhkan nyawa mereka untuk membawa bantuan dan harapan bagi mereka yang putus asa. Mereka mencegah kemungkinan terburuk dalam berbagai situasi kemanusiaan yang parah. Dalam 18 bulan terakhir, tujuh personel PBB dan 101 personel bantuan kemanusiaan dari organisasi nonpemerintah dilaporkan meninggal akibat tindak kekerasan, kata laporan itu.
“Saya sangat sedih dengan semua kematian ini dan menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan. Saya mengutuk, dengan sangat keras, segala bentuk kekerasan terhadap personel PBB dan bantuan kemanusiaan. Warisan dari para pria dan wanita pemberani yang telah gugur ini akan tetap hidup dalam komitmen kita untuk terus bekerja, bahkan di tempat-tempat berbahaya, demi menciptakan dunia yang lebih baik,” kata Sekjen PBB Antonio Guterres dalam laporan tersebut.
Guterres juga menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas peningkatan tajam jumlah penculikan personel PBB dan personel bantuan kemanusiaan, dengan 17 insiden penculikan menimpa personel PBB pada 2020, naik lebih dari dua kali lipat dibanding angka pada 2019. Demikian pula dengan jumlah penculikan personel bantuan kemanusiaan organisasi nonpemerintah yang naik dari semula 127 pada 2019 menjadi 182 pada 2020.
Selama periode 18 bulan itu, 27 personel penjaga perdamaian berseragam tewas akibat aksi kekerasan keji. Tercatat 12 orang tewas pada 2020 dan 15 lainnya dalam enam bulan pertama 2021. [Xinhua]