WARTABUANA – Selama 16 tahun berdiri, kelompok negara emerging market yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) berhasil menyusun kerangka kerja multilevel dan menjalin kerja sama praktis di berbagai bidang dengan menjunjung tinggi semangat keterbukaan, inklusif, dan saling menguntungkan.
Beberapa hari lalu, tepatnya pada Kamis (23/6/2022), BRICS menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-14 secara virtual di Beijing, China bertema “Foster High-quality BRICS Partnership, Usher in a New Era for Global Development” atau “Memperkuat Kualitas Tinggi Kemitraan BRICS, Menyambut Era Baru untuk Pembangunan Global” di bawah presidensi China.
Saat dunia dihadapkan dengan berbagai ketidakpastian, termasuk pandemi Covid-19, kelima negara berkembang dalam kelompok tersebut juga diharapkan dapat berkontribusi dalam upaya meningkatkan pembangunan global.
Pembangunan Bersama
BRICS merupakan salah satu penggerak dalam pertumbuhan ekonomi, serta perdagangan regional dan global. Data resmi menunjukkan, walau Covid-19 menimbulkan dampak berkepanjangan, total volume perdagangan barang negara-negara anggota kelompok tersebut mencapai hampir 8,55 triliun dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 126,9 triliun dalam kurs Rp 14.836 per dollar pada 2021. Angka ini naik 33,4 persen dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, perdagangan bilateral China dengan negara-negara BRICS lain mencapai 490,42 miliar dollar AS atau naik 39,2 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Perolehan ini pun lebih tinggi daripada pertumbuhan keseluruhan perdagangan luar negeri China pada periode sama.
Data statistik juga menunjukkan, secara global, negara anggota BRICS menyumbang 18 persen dari total perdagangan barang dan 25 persen dari total investasi asing.
Hal tersebut diakui oleh produsen ban asal Provinsi Shandong, China, Prinx Chengshan (Shandong) Tire Co, Ltd. Perusahaan ini telah hadir di pasar Brasil selama lebih dari satu dekade dan dikenal baik oleh distributor dan konsumen lokal.
Menurut perusahaan tersebut, kesepakatan untuk saling mengakui status authorized economic operator (AEO) antara China dan Brasil pada 1 Januari 2022 menjadi pendorong ekspor produk perseroan.
Kisah serupa juga banyak ditemukan di negara anggota BRICS lain. Bahkan, cakupan kerja sama ekonomi serta perdagangan mereka semakin berkembang.
Dalam pertemuan Para Menteri Ekonomi dan Perdagangan Ke-12 BRICS yang diadakan pada 9 Juni 2022, mereka berjanji akan memperdalam kerja sama di berbagai bidang, seperti ekonomi digital, investasi, perdagangan, pembangunan berkelanjutan, rantai pasokan, dan mekanisme perdagangan multilateral.
Untuk mengatasi tantangan infrastruktur dan pembangunan yang dihadapi oleh negara emerging market economies, BRICS sudah mendirikan New Development Bank (NDB) dengan kantor pusat di Shanghai dan meresmikannya pada Juli 2015.
Hingga Mei 2021, NDB telah menyetujui lebih dari 80 proyek negara anggota dengan total portofolio sekitar 30 miliar dollar AS. Adapun proyek tersebut di antaranya adalah proyek energi terbarukan di Brasil, program peningkatan jaringan jalur kereta api di India, dan jalan tol baru di Rusia.
Menurut laporan NDB, bank ini berkomitmen memberikan dukungan finansial senilai 30 miliar dollar AS untuk negara-negara anggota BRICS selama 2022-2026. Sebanyak 40 persen dari dana tersebut akan digunakan untuk mitigasi pemanasan global.
Untuk membentuk kekuatan baru dalam upaya pembangunan, BRICS juga meluncurkan Pusat Inovasi Kemitraan Revolusi Industri Baru atau Partnership on New Industrial Revolution (PartNIR) BRICS di Xiamen, Provinsi Fujian, China timur, pada Desember 2020.
Pendirian pusat inovasi itu bertujuan untuk memberikan tumpuan bagi negara anggota BRICS dalam memanfaatkan transformasi digital dan inovasi teknologi.
Pada Juni 2022, PartNIR BRICS menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan NDB untuk memfasilitasi kerja sama bilateral dan mendorong pembangunan bersama negara anggota BRICS.
MoU tersebut menyatakan bahwa kedua belah pihak akan memprioritaskan kerja sama di berbagai bidang, seperti kecerdasan buatan, internet industri, konservasi energi, dan perlindungan lingkungan melalui riset bersama, pelatihan personel, serta pembagian informasi tentang program-program berkelanjutan dan infrastruktur.
Presiden NDB Marcos Troyjo mengatakan bahwa selain NDB, Pusat Inovasi PartNIR BRICS merupakan mekanisme konkret lain untuk memperkuat kerja sama antara negara anggota BRICS.
Kedua mekanisme tersebut bertujuan untuk mendorong agenda pembangunan berkelanjutan, termasuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di BRICS ataupun negara emerging market dan berkembang lain.
Bidang Kesehatan
Sejak awal pandemi Covid-19, negara anggota BRICS saling membantu dalam suplai medis dan melaksanakan kerja sama ekstensif terkait pencegahan dan pengendalian infeksi, protokol diagnosis dan perawatan, serta penelitian dan pengembangan di bidang vaksin dan obat.
Pada Maret 2022, Institut Butantan Brasil meresmikan sebuah pabrik di Sao Paolo untuk memproduksi vaksin CoronaVac yang dikembangkan China mulai 2023.
Lucio Tavora Seorang warga lanjut usia menerima satu dosis vaksin Covid-19 buatan China di Brasilia, Brasil, pada 22 Januari 2021.
Pada periode sama, BRICS melakukan upacara peluncuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Vaksin BRICS secara daring. Kelima negara dalam kelompok ini bersama-sama mengajukan inisiatif untuk memperkuat kerja sama vaksin.
Kerja sama itu dilakukan guna memastikan distribusi vaksin sebagai barang publik global di negara-negara berkembang merata. Dengan begitu, aksesibilitas dan keterjangkauan vaksin di wilayah tersebut terjamin.
Inisiatif itu juga bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas negara-negara BRICS untuk mengendalikan penyakit menular dan merespons peristiwa kesehatan publik. Inisiatif tersebut memberikan penekanan khusus terhadap keterbukaan dan membuka pintu bagi lebih banyak mitra untuk bergabung.
Pertemuan Para Menteri Kesehatan Ke-12 BRICS yang digelar pada Mei 2022 secara virtual menyepakati bahwa negara-negara dalam kelompok ini akan meluncurkan sebuah sistem peringatan dini untuk wabah pandemi berskala besar.
Para peserta pertemuan tersebut terlibat dalam diskusi mendalam tentang beragam topik, seperti pencegahan dan pengendalian pandemi Covid-19, pengembangan sistem-sistem kesehatan baru, dan kesehatan digital.
Prospek Cerah
Capaian kerja sama BRICS tidak hanya terbatas dalam memperkuat suara negara-negara berkembang dan emerging market di dunia, tetapi juga menjadikan BRICS sebagai platform penting untuk mempromosikan Kerja Sama Selatan-Selatan.
Adapun Kerja Sama Selatan-Selatan adalah istilah yang digunakan oleh para pembuat kebijakan dan akademisi untuk menggambarkan pertukaran sumber daya, teknologi, dan pengetahuan antara negara-negara berkembang di Bumi bagian selatan.
Pada 2017, China mengajukan model kerja sama “BRICS Plus” dengan tujuan memperkuat persatuan dan koordinasi antaranggota BRICS demi kohesi yang lebih besar.
Dengan begitu, “lingkaran pertemanan” BRICS dalam upaya bersama untuk mewujudkan kemakmuran dan pembangunan bersama bagi seluruh negara berkembang dan emerging market bisa semakin luas.
Setelah memimpin dialog video para menteri luar negeri antara BRICS dan negara-negara berkembang serta emerging market pada Mei 2022, Anggota Dewan Negara sekaligus Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyebutkan bahwa seluruh menteri luar negeri yang mengikuti dialog itu mendukung dan setuju dengan model kerja sama “BRICS Plus”.
Memuji kerja sama “BRICS Plus”, para peserta internasional dalam dialog itu mengungkapkan kesediaan mereka untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi strategis antara negara-negara BRICS dan emerging market. Mereka juga sepakat mendorong pembangunan sistem tata kelola global yang lebih adil dan merata, serta lebih inklusif juga demokratis.
Lin Shanchuan Foto yang diabadikan pada 8 September 2021 ini menunjukkan sebuah robot anjing pintar dalam sebuah pameran tentang Revolusi Industri Baru BRICS yang digelar di Xiamen, Provinsi Fujian, China timur.
Direktur Departemen Studi Negara-Negara Berkembang di Institut Studi Internasional China, Wang Youming, mengatakan bahwa kerja sama BRICS yang meliputi pengurangan kemiskinan, ketahanan pangan, pembangunan ramah lingkungan, industrialisasi, ekonomi digital, dan konektivitas telah memenuhi kebutuhan dan aspirasi banyak negara berkembang.
Oleh karena itu, mekanisme kerja sama BRICS akan memainkan peran penting dalam membantu negara-negara berkembang mengatasi dampak Covid-19 dan berbagai tantangan pembangunan lainnya.
Lektor Kepala di Fakultas Kebijakan Publik Lee Kuan Yew Universitas Nasional Singapura, Gu Qingyang, mengatakan kepada Xinhua bahwa di masa mendatang, negara-negara BRICS dapat terus memperkuat mekanisme kerja samanya dan secara bertahap memperluasnya, serta melakukan integrasi mendalam dengan program-program SDGs dan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra guna memperoleh ruang lebih besar untuk kerja sama dan pembangunan.
Dalam konferensi pers yang digelar di Cape Town pada 10 Juni 2022, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan, ia ingin melihat kemitraan yang lebih besar dan lebih dalam dengan anggota-anggota lain di BRICS, sebuah kelompok “atraktif” yang dipercaya banyak negara.[]