CANBERRA – Mantan perdana menteri (PM) Australia Malcolm Turnbull menggambarkan News Corporation sebagai kekuatan politik terkuat di Australia.
Turnbull pada Senin (12/4) memberikan kesaksian di hadapan Senat terkait penyelidikan terhadap keberagaman media di Australia. Dalam kesempatan itu, dia mencurahkan seluruh opininya tentang News Corp., perusahaan milik konglomerat media kelahiran Australia Rupert Murdoch.
Dia menggambarkan News Corp. sebagai “geng mafia” yang memanfaatkan pengaruhnya untuk mengejar kepentingan perusahaan tanpa disertai akuntabilitas.
“Saat ini, News Corp. seperti sebuah partai politik, tetapi dengan hanya satu anggota, atau satu keluarga dengan beberapa anggota, dan itu ancaman nyata bagi demokrasi kita,” tutur Turnbull.
“Aktor politik terkuat di Australia bukanlah Partai Liberal, atau Partai Nasional, atau Partai Buruh. Aktor itu adalah News Corporation, dan mereka tidak punya akuntabilitas sama sekali.”
“Perusahaan itu dikendalikan oleh keluarga asal Amerika Serikat (AS) dan kepentingan mereka, yang jika memang ada, tidak lagi sejalan dengan kepentingan kita.”
Turnbull menjabat sebagai perdana menteri dari 2015 hingga 2018 saat dia digulingkan sebagai pemimpin Partai Liberal yang kala itu berkuasa oleh sayap konservatifnya.
Dia pada Senin menuturkan bahwa News Corp. adalah pemain utama dalam penggulingannya, menuding perusahaan itu berkampanye menentang kebijakan perubahan iklimnya.
“Ini kedengarannya benar-benar gila dan mungkin memang demikian, namun tidak diragukan bahwa (upaya) itu telah dilakukan dan saya juga bicara langsung dengan Rupert soal itu,” papar Turnbull.
News Corp. memiliki banyak surat kabar di seantero Australia, termasuk publikasi di enam ibu kota, surat kabar nasional The Australian, dan saluran berita televisi 24 jam Sky News Australia. Pengantar di situs web News Corp. Australia menyebut 16 juta warga Australia memilih mengonsumsi berita dan informasi di produk-produk News Corp. setiap bulannya, lebih banyak dibandingkan grup media mana pun di di Australia.
Turnbull adalah mantan perdana menteri Australia kedua yang bersaksi dalam penyelidikan tersebut setelah Kevin Rudd, yang pada Februari lalu menyampaikan semua politisi di Australia takut terhadap pengaruh Murdoch.
“Ada budaya rasa takut di seluruh negeri,” kata Rudd.
“Sejujurnya, sebagai perdana menteri, saat itu saya masih takut terhadap monster media Murdoch. Kapan saya berhenti takut? Mungkin saat saya keluar dari gedung (parlemen) pada 2013.” [Xinhua]