JENEWA – Selagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bekerja sama dengan para produsen vaksin COVID-19 untuk memperluas produksi vaksin di seluruh dunia, hanya 1 persen dari 100 juta dosis vaksin yang diberikan pekan lalu tersalur ke negara-negara berpendapatan paling rendah, ungkap pejabat organisasi kesehatan yang berbasis di Jenewa itu pada Senin (19/4).
Hampir “99 juta dosis vaksin pekan lalu diberikan kepada negara-negara berpendapatan tinggi dan menengah ke atas serta beberapa negara berpendapatan rendah dan menengah, tetapi hanya satu persennya yang diberikan kepada negara-negara berpendapatan paling rendah,” tutur Bruce Aylward, Penasihat Senior Direktur Jenderal WHO untuk Perubahan Organisasi, dalam sebuah konferensi pers.
Saat ditanya apakah seharusnya produksi vaksin ditingkatkan, Aylward mengatakan bahwa “kita perlu berhati-hati dalam berpikir bahwa kita bisa sekadar membangun kapasitas tambahan,” karena “kapasitas (tambahan) itu tetap akan ditujukan ke tempat yang salah.”
WHO telah menyampaikan bahwa pihaknya sedang bekerja sama dengan para produsen guna membantu meningkatkan kapasitas vaksin untuk Fasilitas COVAX, sebuah inisiatif yang dipimpin WHO untuk mendistribusikan vaksin bagi negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Menurut Aylward, dibutuhkan waktu “beberapa pekan dan bulan” untuk meningkatkan pasokan vaksin. “Sementara itu, kita harus mengambil beberapa keputusan mendesak dan penting tentang bagaimana kita akan menggunakan vaksin yang sudah ada hari ini.”
Soumya Swaminathan, Kepala Ilmuwan WHO, memaparkan dalam konferensi pers yang sama bahwa “kebutuhan mendesak” COVAX adalah meningkatkan pasokan vaksin melalui kerja sama dengan produsen dan pemasok untuk menyingkirkan “hambatan dan kendala,” serta memastikan larangan ekspor “tidak mengganggu proses manufaktur vaksin.” [Xinhua]