WASHINGTON – Galur Delta yang sangat menular telah menggeser posisi varian Alpha sebagai varian yang dominan di Amerika Serikat (AS), menurut perkiraan terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS.
Varian Delta, yang pertama kali ditemukan di India dan kini terdeteksi di lebih dari 100 negara, mewakili 51,7 persen dari kasus-kasus baru di AS dalam periode dua pekan yang berakhir pada 3 Juli, ungkap CDC.
Sementara itu, proporsi kasus baru yang disebabkan varian Alpha, yang pertama kali terdeteksi di Inggris, hanya 28,7 persen selama periode yang sama, paparnya.
Baru-baru ini, para pejabat dan pakar kesehatan memperingatkan bahwa varian Delta akan menjadi varian yang dominan di AS karena prevalensinya di negara itu naik dua kali lipat setiap dua pekan.
Mereka khawatir varian itu akan memicu lonjakan kasus baru pada musim gugur tahun ini, berdampak paling parah terhadap populasi yang belum divaksinasi.
Peningkatan kasus dilaporkan di sejumlah negara bagian dengan tingkat vaksinasi yang rendah, termasuk Alabama, Arkansas, Louisiana, dan Mississippi, menurut CDC.
Meski varian Delta sangat menular, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar vaksin masih sangat efektif dalam mencegah kasus rawat inap dan kematian yang disebabkan oleh varian tersebut.
Presiden AS Joe Biden pada Selasa (6/7) mendorong seluruh warganya yang memenuhi syarat untuk mengikuti vaksinasi COVID-19, seraya menekankan pentingnya melindungi diri dari varian Delta.
AS mencapai tingkat vaksinasi tertingginya pada pertengahan April ketika rata-rata jumlah pemberian dosis vaksin COVID-19 per hari selama sepekan melampaui sekitar 3,4 juta. Namun, angka ini terus turun sejak saat itu.
Sekitar 47,6 persen dari total populasi AS sudah menjalani vaksinasi COVID-19 lengkap, sementara 55,1 persen telah menerima setidaknya satu dosis per Rabu (7/7), seperti ditunjukkan data CDC.
Biden pada Mei lalu telah menetapkan target untuk menginokulasi 70 persen orang dewasa di AS dengan setidaknya satu dosis vaksin COVID-19 per 4 Juli. Namun, hanya 18 negara bagian dan Washington DC yang melampaui target itu pada tanggal tersebut, menurut laporan Forbes. [Xinhua]