WASHINGTON – Para ahli mengkhawatirkan kemungkinan varian Delta menjadi galur virus corona yang dominan di Amerika Serikat (AS).
Varian Delta, atau yang dikenal dengan nama ilmiah B.1.617.2, telah menyebar dari tempatnya pertama kali ditemukan di India ke lebih dari 60 negara, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Scott Gottlieb, mantan komisioner badan pengawas obat-obatan dan makanan AS Food and Drug Administration (FDA), pada Minggu (13/6) mengatakan bahwa varian Delta kemungkinan akan menjadi sumber dominan kasus penularan baru di AS dan dapat memicu gelombang baru wabah pada musim gugur nanti, dengan warga Amerika yang tidak divaksinasi menjadi yang paling berisiko.
“Saat ini, di Amerika Serikat, (varian Delta) telah meliputi sekitar 10 persen kasus penularan. Angkanya bertambah dua kali lipat setiap dua pekan,” kata Gottlieb dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi CBS.
“Itu bukan berarti kita akan melihat peningkatan tajam pada jumlah kasus infeksi, tetapi (varian ini) kemungkinan akan menjadi dominan. Dan saya rasa risikonya akan terlihat pada musim gugur, yang (varian ini) bisa saja memicu epidemi baru pada musim gugur nanti,” lanjutnya.
Pakar penyakit menular terkemuka AS Anthony Fauci belum lama ini juga mengatakan bahwa varian tersebut telah menjadi galur yang dominan di Inggris, yang meliputi sekitar 60 persen dari kasus penularan baru, menggantikan galur B.1.1.7.
Temuan awal dari sebuah studi Skotlandia yang dipublikasi pada Senin (14/6) di jurnal The Lancet mengungkapkan bahwa varian Delta dikaitkan dengan sekitar dua kali lipat risiko rawat inap dibandingkan dengan galur B.1.1.7 yang pertama kali ditemukan di Inggris.
Varian Delta merupakan satu dari enam varian yang saat ini menyebar di Amerika Serikat dan telah diklasifikasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS sebagai variant of concern.
Para ahli khawatir dengan kecepatan pertumbuhan varian Delta. Sebulan lalu, galur itu hanya menyumbang lebih dari 1 persen sampel virus yang diurutkan, namun saat ini galur tersebut telah menyumbang lebih dari 6 persen sampel virus yang diurutkan di Amerika Serikat, papar data CDC. [Xinhua]