NEW DELHI – Sebanyak 594 dokter di India meninggal dunia selama gelombang kedua pandemi COVID-19 yang melanda negara itu dari April hingga Mei, ungkap Asosiasi Medis India (Indian Medical Association/IMA) pada Rabu (2/6).
Wilayah Ibu Kota Nasional (National Capital Territory/NCT) Delhi memuncaki peringkat dengan 107 kematian, disusul oleh Bihar dengan 96 kematian dan Uttar Pradesh dengan 67 kematian.
Namun demikian, IMA, organisasi dokter sukarelawan di India, mengatakan bahwa angka kematian aktual kemungkinan jauh melampaui data ini, karena asosiasi tersebut hanya mencatat data dari 350.000 orang anggotanya, sementara jumlah dokter di seluruh India mencapai hampir 1,2 juta, menurut laporan harian berbahasa Inggris The Hindustan Times.
India terdampak parah oleh gelombang kedua yang mematikan, dengan lonjakan kasus harian melampaui 400.000 selama beberapa kali, dan kematian harian menembus 4.000 selama beberapa hari.
Namun, selama beberapa hari terakhir ini, angka kasus baru maupun kematian baru tercatat menyusut di seluruh negara tersebut.
Mengomentari besarnya angka kematian praktisi medis selama gelombang COVID-19 kedua, Dr. Krati Varshney, pakar mikrobiologi di pusat perawatan COVID-19 “Saraswathi Institute of Medical Sciences (SIMS)” yang berbasis di Uttar Pradesh bagian barat, mengatakan bahwa “paparan (virus) yang terus-menerus” mungkin mengakibatkan begitu banyak kematian di kalangan komunitas medis.
“Mereka meninggal lantaran paparan yang terus-menerus. Kadang kala, sangat sulit untuk mempertahankan semua langkah pencegahan selama jam tugas yang panjang di pusat perawatan COVID. Bahkan dengan memakai alat pelindung diri, terkadang seseorang secara tidak sengaja terkena virus mematikan ini,” kata pakar mikrobiologi yang bertugas menguji sampel-sampel RT-PCR di SIMS itu. Mengutip alasan lain, dia menambahkan bahwa dalam sebagian besar kasus, para dokter dan staf medis berbagi tempat yang sama untuk membersihkan badan dan berganti pakaian, yang juga dapat mengakibatkan penularan virus dari satu dokter ke dokter lain.
“Dalam beberapa kasus, depresi yang menyerang kalangan para dokter selama jam tugas yang panjang dan melelahkan bisa jadi mengakibatkan penurunan level imunitas secara keseluruhan,” tambah Dr. Krati. [ Xinhua ]