BRUSSEL – Badan Obat-obatan Eropa (European Medicines Agency/EMA) meminta semua pengembang vaksin untuk menyelidiki apakah vaksin mereka memberikan perlindungan terhadap varian virus baru, mengatakan bahwa vaksin tampaknya bersifat protektif, kata seorang pejabat EMA pada Kamis (1/6).
Kepala Strategi Vaksin EMA Marco Cavaleri memaparkan dalam konferensi pers bahwa badan tersebut akan memeriksa temuan penelitian ini untuk menyimpulkan tingkat perlindungan yang diberikan vaksin COVID-19 saat ini terhadap varian baru.
“Kami menyadari kekhawatiran yang disebabkan oleh penyebaran cepat varian Delta dan varian lainnya. Saat ini, tampaknya empat vaksin yang disetujui di Uni Eropa (UE) bersifat protektif terhadap semua galur yang beredar di Eropa, termasuk varian Delta,” ujarnya.
Saat ini, empat vaksin telah mendapat izin penggunaan darurat di UE, meliputi Pfizer/BioNTech, Moderna, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson.
“Data yang muncul dari bukti dunia nyata menunjukkan bahwa dua dosis vaksin bersifat protektif terhadap varian Delta, dan data dari laboratorium menunjukkan bahwa antibodi dari vaksin juga mampu menetralkan varian Delta, jadi ini adalah kabar menggembirakan,” katanya.
EMA juga tengah meneliti apakah dua dosis vaksin cukup untuk memberi perlindungan atau diperlukan dosis booster, menurut Cavaleri.
“Pada tahap ini, belum diketahui dengan jelas apakah dosis booster akan diperlukan agar vaksin dapat mempertahankan perlindungannya,” katanya.
Dia menambahkan bahwa EMA menyadari strategi vaksin kombinasi (mix-and-match) telah diadopsi oleh beberapa negara anggota, yaitu pemberian dosis berbeda dari vaksin yang berbeda. Strategi semacam ini secara historis telah terbukti berhasil dan memiliki alasan ilmiah yang kuat.
Namun, EMA tidak dalam posisi untuk membuat rekomendasi definitif tentang penggunaan vaksin COVID-19 yang berbeda untuk kedua dosis tersebut, kata Cavaleri. [Xinhua]