KAIRO – Negara-negara kaya belum melakukan upaya memadai untuk mengalokasikan vaksin COVID-19 ke negara-negara berkembang, demikian laporan Al Jazeera baru-baru ini mengutip sebuah panel independen yang memantau respons dunia terhadap pandemi COVID-19.
Pada Mei, Panel Independen untuk Kesiapsiagaan dan Respons Pandemi (Independent Panel for Pandemic Preparedness and Response/IPPPR), yang dibentuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyerukan realokasi satu miliar dosis vaksin dari negara-negara berpenghasilan tinggi dengan cakupan yang memadai ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah hingga September mendatang, dan target satu miliar lagi hingga pertengahan 2022.
Namun, dunia “masih jauh dari memenuhi target itu,” kata Ketua Bersama IPPPR Helen Clark kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam sebuah pengarahan baru-baru ini. “Ketidaksetaraan vaksin adalah faktor kunci dalam gelombang kematian yang kita lihat di Afrika, Asia, dan Amerika Latin,” tambahnya.
Menurut IPPPR, ada kebutuhan mendesak untuk merombak cara pengembangan vaksin dan pengobatan. Dalam laporannya pada Mei lalu, panel tersebut mengatakan “kombinasi beracun” dari sikap keragu-raguan dan koordinasi yang buruk berarti bahwa tanda-tanda peringatan telah diabaikan dan para politisi gagal belajar dari masa lalu.
Ellen Johnson Sirleaf, salah satu ketua bersama IPPPR yang memimpin Liberia selama krisis Ebola dari 2014 hingga 2016, menyerukan “sistem internasional yang lebih kuat untuk kesiapsiagaan dan respons pandemi yang memahami ancaman, bersikap waspada, dan siap untuk mengambil tindakan kolektif.” [Xinhua]