WELLINGTON – Angka penderita demensia yang melonjak di Selandia Baru bisa ditekan dengan mengatasi 12 faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan bervariasi di seluruh kelompok etnis, menurut studi dari Universitas Auckland yang dirilis pada Jumat (9/7).
Berdasarkan data statistik, jumlah penderita demensia di Selandia Baru diperkirakan akan meningkat dari 70.000 pada 2021 menjadi 170.000 pada 2050.
Namun, banyak kasus dapat dihindari dengan mengurangi faktor-faktor yang berkontribusi seperti gangguan pendengaran, kebiasaan merokok, depresi, obesitas, isolasi sosial, dan absennya aktivitas fisik, ungkap studi terbaru itu yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet – Regional Health Western Pacific.
Hampir separuh dari kasus demensia di Selandia Baru dapat dihindari, bahkan dengan potensi pencegahan yang lebih tinggi bagi warga suku Maori dan Pasifik, menurut Etuini Ma’u, dosen senior Jurusan Pengobatan Psikologi di Fakultas Ilmu Kedokteran dan Kesehatan universitas tersebut.
“Karena tidak ada obat untuk demensia, pencegahan perlu menjadi prioritas kesehatan masyarakat untuk membendung lonjakan,” kata studi itu.
Namun demikian, tidak ada solusi “satu untuk semua”, dan strategi untuk menekan demensia perlu disesuaikan dengan faktor-faktor risiko yang paling relevan di masing-masing kelompok etnis,” ujar Ma’u. [Xinhua]