TOKYO – Tokyo Electric Power Company Holdings Inc. (TEPCO) berencana membangun terowongan bawah laut dengan panjang sekitar 1 km untuk membuang air limbah tercemar radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang lumpuh akibat bencana ke laut, seperti dilansir media setempat pada Rabu (25/8).
Pemerintah Jepang memutuskan pada April lalu untuk memulai pembuangan air limbah tersebut sekitar musim semi 2023.
Keputusan Jepang untuk membuang air limbah radioaktif PLTN Fukushima ke laut menuai kecaman keras dari sejumlah negara tetangganya, termasuk China.
China menyatakan kekhawatiran serius terkait keputusan Jepang untuk membuang air yang terkontaminasi itu dari stasiun nuklir Fukushima. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian mengatakan bahwa China mendesak pihak Jepang agar mengambil sikap yang bertanggung jawab dan menangani masalah pembuangan limbah nuklir dengan hati-hati.
Zhao menekankan pembuangan limbah nuklir yang tepat berkaitan dengan kepentingan masyarakat internasional dan kepentingan vital negara-negara tetangga, yang harus ditangani dengan hati-hati dan tepat untuk menghindari kerusakan lebih lanjut terhadap lingkungan laut, ketahanan pangan, dan kesehatan manusia.
Sementara itu, Korea Selatan juga menyuarakan “kekhawatiran seriusnya,” dengan juru bicara Kementerian Luar Negeri Choi Young-sam mengatakan “akan sulit untuk menerima jika pihak Jepang memutuskan membuang air yang terkontaminasi dari PLTN Fukushima tanpa konsultasi yang memadai.”
TEPCO berencana memulai pembangunan terowongan dalam skala penuh pada awal 2022 setelah mengajukan permohonan kepada Otoritas Regulasi Nuklir untuk meninjau rencana konstruksi tersebut, menurut media setempat.
Lebih dari 1 juta ton air olahan telah terakumulasi sejak gempa bumi dan tsunami masif, yang memicu tiga kebocoran reaktor nuklir di PLTN Fukushima pada Maret 2011.
Air, yang dipompa ke reaktor yang rusak di PLTN Fukushima untuk mendinginkan bahan bakar yang meleleh dan bercampur dengan hujan serta air tanah yang juga telah terkontaminasi, diolah dengan menggunakan sistem pemrosesan cairan canggih untuk menghilangkan sebagian besar kontaminan, menurut media setempat.
Namun, zat seperti tritium, produk sampingan radioaktif dari reaktor nuklir, sulit untuk disaring.
Menurut beberapa ahli kelautan, jejak isotop rutenium, kobalt, strontium, dan plutonium dalam air limbah tersebut juga menimbulkan kekhawatiran.
Keputusan untuk membuang air limbah yang terkontaminasi ke lepas pantai Samudra Pasifik bertujuan untuk mencegah kerusakan reputasi produk laut lokal di tengah kecaman dari para nelayan, seperti dilansir media setempat.
Pemerintah Jepang mengatakan akan membeli produk laut sebagai tindakan darurat untuk mendukung nelayan jika rencana pembuangan air olahan dari PLTN Fukushima ke laut mengganggu penjualan mereka. [Xinhua]