YERUSALEM – Israel pada Selasa (20/7) memperingatkan raksasa produk konsumen Unilever tentang “konsekuensi berat” atas keputusan anak perusahaannya Ben & Jerry’s untuk menghentikan penjualan es krimnya di permukiman Israel.
Kantor perdana menteri (PM) Israel dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa PM Naftali Bennett telah berbicara dengan CEO Unilever Alan Jope melalui sambungan telepon.
“PM Bennett menjelaskan bahwa dirinya memandang dengan sangat serius keputusan Ben & Jerry’s tersebut,” papar pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa keputusan tersebut “jelas merupakan langkah anti-Israel.”
Bennett mengatakan kepada Jope bahwa langkah itu “memiliki konsekuensi serius, termasuk hukum,” serta memperingatkan bahwa Israel akan “mengambil tindakan tegas terhadap boikot yang ditujukan terhadap warganya.”
Pada Senin (19/7), Ben & Jerry’s, produsen es krim yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan berhenti menjual es krim di permukiman Tepi Barat yang diduduki Israel dan wilayah Yerusalem Timur yang dianeksasi.
Ben & Jerry’s merupakan anak perusahaan Unilever, raksasa produk konsumen yang berbasis di Inggris.
Israel mencaplok wilayah di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang diklaim oleh Palestina, dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan telah menguasai wilayah tersebut sejak saat itu. Permukiman Yahudi dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional oleh sebagian besar masyarakat internasional. [Xinhua]