AUCKLAND – Traktor dan para petani turun ke jalan-jalan di pusat kota Auckland dalam aksi unjuk rasa di seluruh negeri pada Jumat (16/7).
Aksi unjuk rasa “Howl of a Protest” itu diikuti ribuan kendaraan pertanian termasuk truk, traktor, ute, dan bahkan anjing yang bergemuruh di kota-kota sebagai bentuk protes terhadap apa yang disebut petani sebagai peningkatan campur tangan pemerintah, peraturan yang tidak berjalan, dan biaya yang tidak wajar.
Pada Mei, pemerintah Selandia Baru mengumumkan skema rabat baru, yang akan membuat mobil dengan emisi karbon lebih rendah lebih terjangkau bagi warga Selandia Baru dan biaya akan dikenakan untuk kendaraan dengan emisi lebih tinggi, termasuk ute, kendaraan yang sangat umum digunakan oleh petani yang bekerja dan tinggal di daerah pedesaan Selandia Baru. Peraturan baru lainnya terkait petani adalah peraturan yang menyangkut air tawar, penggembalaan di musim dingin, dan keanekaragaman hayati lokal.
Meskipun aturan baru ini diyakini memiliki tujuan baik bagi kelestarian lingkungan serta emisi karbon yang lebih rendah, para petani merasa aturan itu terlalu jauh dari pragmatis untuk diterapkan, dan justru semakin memperberat beban ekonomi bagi industri primer.
Sektor primer sangat penting bagi perekonomian Selandia Baru. Pada tahun lalu, industri primer yang didominasi produk susu dan daging merah masih melonjak meskipun di tengah pandemi COVID-19.
Selama unjuk rasa, para petani terlihat memegang spanduk yang bertuliskan “Tidak ada petani Tidak ada makanan untuk warga Selandia Baru”. Kenaikan inflasi 3,3 persen pada kuartal kedua tahun ini, yang memecahkan rekor dalam satu dekade terakhir, diumumkan oleh pemerintah pada hari yang sama.
Unjuk rasa itu dilaporkan berlangsung di 55 kota besar dan kota kecil di Selandia Baru pada hari tersebut. [Xinhua]