BEIJING – Ketika virus COVID-19 varian Delta yang sangat menular merajalela di seluruh dunia, China juga menghadapi lonjakan baru infeksi secara sporadis.
Otoritas setempat telah bertindak cepat untuk mengendalikan virus tersebut, mengeluarkan perintah untuk tetap tinggal di rumah, serta melakukan skrining secara luas, vaksinasi berskala besar, dan pelacakan kontak. Dengan langkah-langkah pengendalian yang ketat, apakah China juga akan mampu menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan pengendalian epidemi dengan pertumbuhan ekonomi?
Huaihua Xinqi Clothing, perusahaan yang terletak di Hunan, China, ini utamanya memproduksi pakaian renang untuk ekspor. Perusahaan ini memiliki tim berjumlah sekitar 60 pekerja. Tahun ini, penjualan perusahaan meningkat 8 persen secara tahunan, dan sedang menangani pesanan hingga November.
Sejauh ini, Provinsi Hunan hanya melaporkan sedikit di atas 100 kasus penularan lokal dalam lonjakan terbaru COVID-19. Dan perusahaan pakaian itu telah memberlakukan berbagai langkah pengendalian epidemi sembari memastikan produksi sesuai jadwal.
Wabah terbaru di China mayoritas berasal dari penerbangan yang berangkat dari Rusia dan mendarat di Nanjing, China.
Sekitar setengah dari 31 daerah tingkat provinsi di China Daratan telah melaporkan infeksi baru, seluruhnya terkait varian Delta yang sangat menular.
Setiap kehidupan berharga. Pendekatan China untuk mengendalikan virus tersebut memprioritaskan hak untuk hidup, hak asasi manusia yang paling mendasar.
Namun, melindungi kehidupan dan mempertahankan pembangunan ekonomi tidak bertentangan satu sama lain. Faktanya, respons cepat dan tepat China terhadap penanganan virus tersebut menjelaskan mengapa negara itu dapat terus mengamankan momentum pertumbuhan saat keluar dari pandemi COVID-19.
Pada 2020, kalangan bisnis di China sudah kembali beroperasi dan berproduksi hanya dalam hitungan pekanan setelah pandemi melanda. Hanya dalam empat bulan, lebih dari 90 persen usaha kecil dan menengah (UKM) China telah kembali beroperasi.
Tahun lalu, China menjadi satu-satunya perekonomian utama yang mencatatkan pertumbuhan positif. Dan tahun ini, kinerja ekonomi China terus menunjukkan harapan yang sangat dibutuhkan bagi pemulihan dunia pascapandemi.
Produk Domestik Bruto (PDB) China tumbuh 12,7 persen secara tahunan (year on year) menjadi 53,21 triliun yuan (1 yuan = Rp2.219) pada paruh pertama tahun 2021. Bank Dunia memperkirakan kontribusi China terhadap pertumbuhan ekonomi global akan melebihi 25 persen pada 2021.
Bulan lalu, New Bund Global Economic Organization Cluster diresmikan di Kawasan Baru Pudong, Shanghai, sebagai bagian dari upaya China untuk menarik lebih banyak entitas ekonomi internasional guna mendorong pertumbuhan berkualitas tinggi. Saat ini, 10 organisasi ekonomi internasional telah mendirikan kantor di New Bund Pudong. [Xinhua]