TOKYO – Sentimen di antara perusahaan-perusahaan besar di Jepang mengalami penurunan pada periode April-Juni (Q2), menandai penurunan dua kuartal berturut-turut akibat krisis cip global dan pemberlakuan status keadaan darurat ketiga terkait COVID-19, kata pemerintah dalam sebuah laporan pada Jumat (11/6).
Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan dan Kantor Kabinet Jepang, indeks kepercayaan yang terkait dengan perusahaan dengan kapitalisasi 1 miliar yen (1 yen = Rp130) atau lebih turun dari minus 4,5 pada periode Januari-Maret (Q1) menjadi minus 4,7 pada Q2, atau berada di area negatif untuk dua kuartal berturut-turut.
Memburuknya sentimen bisnis ini terjadi akibat kelangkaan pasokan semikonduktor global yang berdampak buruk terhadap produksi mobil, serta output di industri lain, menurut sumber yang mengetahui informasi itu.
Mereka menambahkan bahwa pandemi COVID-19 menyebabkan kenaikan permintaan untuk peralatan elektronik rumah tangga, karena lebih banyak orang bekerja, belajar, dan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Ini juga meliputi komputer laptop dan konsol game, yang keduanya juga menggunakan cip.
Di tengah lonjakan permintaan, penurunan pasokan semikonduktor yang diperparah oleh kebakaran di pabrik Renesas Electronics Corp. di Tokyo pada Maret lalu membuat industri otomotif kesulitan.
Survei pemerintah menunjukkan indeks manufaktur turun menjadi minus 1,4 dari plus 1,6 pada kuartal sebelumnya selama periode pelaporan. Angka tersebut menandai indeks manufaktur berada di area negatif untuk pertama kalinya dalam empat kuartal terakhir.
Sementara itu, indeks untuk nonmanufaktur meningkat menjadi minus 6,2 dari minus 7,4, ungkap survei tersebut.
Status keadaan darurat ketiga terkait COVID-19 di Jepang juga berdampak buruk terhadap sentimen. Pasalnya, di bawah langkah darurat tersebut, bar dan restoran diminta untuk tidak menyajikan alkohol dan tutup pada pukul 20.00, sementara para pebisnis didesak untuk bekerja dari rumah dan masyarakat umum diminta untuk menahan diri agar tidak melakukan perjalanan yang tidak perlu di luar ruangan.
Jepang tengah berjuang melawan gelombang keempat infeksi COVID-19. Status keadaan darurat ketiga di Jepang awalnya mencakup Tokyo dan tiga prefektur lainnya yang berlaku mulai 25 April dan berakhir pada 11 Mei.
Status tersebut kemudian diperluas mencakup 10 prefektur dengan batas waktu diperpanjang hingga 20 Juni dalam upaya mengekang penyebaran COVID-19 dan varian-variannya yang sangat menular.
Meski demikian, sentimen di antara perusahaan besar ke depannya diperkirakan akan membaik menurut survei tersebut. Indeks kondisi bisnis diperkirakan akan menjadi plus 7,7 pada Juli-September (Q3) dan plus 8,4 pada kuartal berikutnya [Xinhua]