Kinerja ekonomi China yang spektakuler pada 2021 sangat membantu dalam menstabilkan perekonomian dunia, dan komitmennya terhadap perdagangan bebas dan terbuka menjadi pertanda baik bagi perekonomian Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dalam lanskap pascapandemi, ungkap seorang analis.
KUALA LUMPUR, Kinerja ekonomi China yang spektakuler pada 2021 sangat membantu dalam menstabilkan perekonomian dunia, dan komitmennya terhadap perdagangan bebas dan terbuka menjadi pertanda baik bagi perekonomian Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dalam lanskap pascapandemi, ungkap seorang analis pada Senin (17/1).
“Kinerja ekonomi China yang spektakuler pada 2021 sangat spektakuler jika dilihat bersamaan dengan upaya China yang ketat dan tanpa henti dalam mengendalikan penyebaran pandemi,” kata Oh Ei Sun, penasihat utama untuk Pusat Penelitian Pasifik Malaysia, dalam wawancara tertulis dengan Xinhua.
Produk Domestik Bruto (PDB) China meningkat 8,1 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 114,37 triliun yuan (1 yuan = Rp2.256) tahun lalu, papar Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) China pada Senin.
Oh mengatakan bahwa China merupakan mitra dagang terbesar bagi sebagian besar negara ASEAN, dan ASEAN secara keseluruhan pun menjadi mitra dagang terbesar bagi China, bahkan selama pandemi.
“Desakan China dan ASEAN terhadap perdagangan bebas, bahkan dalam menghadapi meningkatnya proteksionisme, sangat patut dipuji, dan ini telah membawa manfaat yang besar bagi semua pihak, mengingat China saat ini memimpin dunia dalam hal tingkat pemulihan ekonomi, diikuti oleh ASEAN,” ujarnya.
China akan terus menjadi tujuan utama arus investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI), dengan negara tersebut mencatatkan peningkatan sebesar 14,9 persen (yoy) pada 2021 berkat rantai pasokannya yang stabil, dan pasar domestik serta produktivitasnya yang besar, yang menjadi salah satu daya tarik paling penting, selain juga fleksibilitas dan kustomisasi barang dan jasa yang luar biasa oleh perusahaan-perusahaan China, katanya.
Terkait Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), yang ditandatangani oleh 15 negara Asia-Pasifik termasuk China dan mulai berlaku pada 1 Januari lalu, Oh melihat peluang besar bagi para investor.
Menurut sang analis, perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia tersebut akan memungkinkan arus bebas barang, jasa, dan interaksi masyarakat di antara semua perekonomian anggota, dengan adanya pengurangan hingga penghapusan tarif serta hambatan nontarif.
RCEP akan memberikan akses yang lebih besar ke pasar domestik dan populasi China dengan banyak pendapatan siap dibelanjakan (disposable income), sehingga dengan sendirinya akan menjadi tujuan ekspansi bisnis yang menarik bagi perekonomian yang berpartisipasi, tuturnya. Selesai