TOKYO – Usai lawan mereka memukul kok ke luar lapangan dan kehilangan match point di Tokyo 2020 pada Jumat (30/7), pasangan ganda campuran unggulan kedua asal China, Wang Yilyu dan Huang Dongping, langsung melemparkan raket mereka dan berbaring di lapangan, diselimuti kegembiraan.
Tak lama kemudian, pasangan tersebut berdiri dan saling berpelukan.
“Saya telah memikirkan beberapa gestur selebrasi jika kami meraih medali emas, namun pada momen itu semua rencana itu buyar dan pikiran saya benar-benar kosong!” kata Wang.
Usai laga semifinal yang digelar sehari sebelumnya di Musashino Forest Sport Plaza, unggulan teratas Zheng Siwei/Huang Yaqiong bertemu dengan Wang/Huang dalam babak final sesama wakil China.
Berhadapan dengan Zheng/Huang, pasangan ganda campuran peraih gelar juara dunia dua kali dan medali emas di Asian Games 2018, Wang dan Huang butuh lebih dari sekadar keberuntungan untuk mengunci kemenangan.
“Mungkin kami berada dalam suasana hati yang lebih baik,” tutur Wang seusai laga. “Kami selalu berpikir untuk menantang mereka, baik dalam turnamen atau latihan harian, jadi itu mungkin menguntungkan kami dalam hal pola pikir.”
Ini menjadi perjalanan panjang bagi Wang dan Huang untuk menduduki podium teratas di Tokyo.
Lahir di Provinsi Zhejiang, China timur, Wang dipilih oleh pelatihnya pada kesempatan pertama saat masih kanak-kanak karena dia dapat berlari kencang dan melompat tinggi. Setelah memenangi kejuaraan di nomor ganda putra junior, remaja berusia 17 tahun tersebut terpilih masuk ke tim nasional pada 2012.
Di tahun yang sama, Wang mulai berpasangan dengan Huang Dongping, saat mereka meraih peringkat kedua di ajang Kejuaraan Junior Asia di Gimcheon, Korea Selatan. Ini kali pertama kedua pebulutangkis muda tersebut berdiri di podium sebagai pemain tim nasional.
Pasangan itu secara bertahap membangun kekuatan dan ketenaran mereka usai dua kali menyabet gelar Asia dan beberapa kali juara di turnamen terbuka dunia.
Lewat permainan yang stabil dan performa yang konsisten di atas lapangan, Wang dan Huang tumbuh menjadi kekuatan inti bagi tim nasional China di nomor ganda campuran.
Namun, merebaknya wabah pandemi COVID-19 membuat nasib pasangan tersebut tidak menentu dengan adanya penangguhan sejumlah turnamen internasional dan penundaan Olimpiade Tokyo.
“Medali emas ini diraih dengan susah payah, khususnya selama pandemi yang masih merebak saat ini, yang juga menyulitkan latihan kami,” kata Huang dalam konferensi pers.
Dalam persiapan pasangan tersebut mengikuti Olimpiade Tokyo, Huang menuturkan bahwa mereka belajar untuk mengendalikan emosi dan tetap sabar. “Apa pun hasilnya, tidak ada salahnya untuk berusaha lebih keras,” imbuh Huang.
Kedua pebulu tangkis muda tersebut menggambarkan perjalanan Olimpiade mereka di Tokyo sebagai “mendaki selangkah demi selangkah,” yang menjadi moto mereka di masa mendatang. [Lu Rui, Ding Wenxian, Ji Ye /Xinhua]