CHENGDU, 30 Desember (Xinhua) — Uji coba operasional “4S store” untuk drone pertama di China dilakukan di basis nasional yang digunakan sebagai tempat pengujian kendaraan udara nirawak (unmanned aerial vehicle/UAV) sipil di China barat daya. Langkah ini bertujuan untuk lebih lanjut meningkatkan ekonomi ketinggian rendah (low-altitude economy) yang sedang berkembang di negara tersebut.
“4S store” tersebut, yang secara resmi dikenal sebagai Pusat Pameran dan Penjualan Peralatan Cerdas Ekonomi Ketinggian Rendah, memulai uji coba operasional pada Kamis (26/12), seperti dilansir Chengdu Daily pada Jumat (27/12).
Pusat tersebut dikelola oleh basis pengujian “Sky Eye”, yang berlokasi di Pengzhou, sekitar 70 km dari Chengdu, ibu kota Provinsi Sichuan. Mirip dengan dealer mobil 4S pada umumnya, pusat itu menyediakan layanan penjualan (sales), perawatan (services), suku cadang (spare parts), dan informasi atau survei (survey) terkait drone, menurut Chengdu Daily.
Pusat itu juga dilengkapi dengan layanan-layanan tambahan, seperti asuransi drone, layanan keuangan, penyuluhan untuk publik, dan kegiatan forum. Sebanyak 32 perusahaan terkait drone telah menandatangani perjanjian untuk menghadirkan layanan mereka di pusat tersebut.
“Di sini, Anda dapat membeli berbagai macam drone dengan fungsi yang komprehensif dan harga yang kompetitif, sekaligus merasakan layanan ‘beli dan coba’ yang lengkap,” kata Zhou Xiaoming, pimpinan “Sky Eye”.
Menemukan lokasi uji terbang dan memperoleh persetujuan ruang udara sudah lama menjadi tantangan bagi industri drone di China.
Terletak di Pegunungan Longmen, “Sky Eye” memiliki ruang udara dengan ketinggian di bawah 1.200 meter dan radius 5 km. Di area ini, berbagai jenis drone melakukan berbagai misi uji coba setiap hari.
Pada 8 Desember 2017, “Sky Eye” menerima persetujuan untuk penggunaan ruang udara, menandai berdirinya basis penerbangan UAV sipil pertama di China barat daya.
Pada Agustus 2022, “Sky Eye” disetujui sebagai basis pengujian UAV sipil nasional, yang memungkinkan uji coba penerbangan dilaporkan satu jam sebelum uji coba dilakukan. Dengan langkah pionir ini, terjadi transisi signifikan dalam hal manajemen ruang udara di China dari “sistem persetujuan” menjadi “sistem notifikasi”. Hal ini mengatasi secara efektif lonjakan permintaan penggunaan ruang udara, mengurangi biaya bagi pengguna UAV, serta meningkatkan efisiensi operasional, menurut laporan surat kabar tersebut.
Saat ini, “Sky Eye” memiliki 10 lokasi uji terbang dan 19 skenario penerapan ekonomi ketinggian rendah, menjadikannya yang terbesar dari 20 basis pengujian nasional dalam hal kuantitas di China.
“Sky Eye” menarik 132 entitas yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan (litbang), produksi, muatan misi, dan manajemen sistem drone, menyuntikkan momentum yang kuat ke dalam pengembangan ekonomi ketinggian rendah di Sichuan.
Industri drone China mengalami perkembangan pesat, dengan hampir 608.000 UAV baru terdaftar pada paruh pertama (H1) 2024, meningkat 48 persen dari jumlah yang tercatat pada akhir 2023, menurut data yang dirilis oleh Administrasi Penerbangan Sipil China (Civil Aviation Administration of China/CAAC) pada Juli.
Waktu terbang UAV secara kumulatif mencapai hampir 9,82 juta jam pada H1 2024, naik 134.000 jam dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ekonomi ketinggian rendah yang sedang berkembang ini, yang didorong oleh inovasi teknologi, mengalami pertumbuhan pesat di China. Sebuah laporan dari lembaga penelitian di bawah Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China menunjukkan bahwa nilai sektor itu mencapai 505,95 miliar yuan (1 yuan = Rp2.226) pada 2023, dan diproyeksikan akan melampaui 1 triliun yuan pada 2026. Selesai