JAKARTA, WB – Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya memanggil para menteri ekonomi termasuk Gubernur Bank Indonesia (BI) serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pemanggilan presiden itu kepada para menteri ekonominya guna membahas merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
“Kita akan berbicara masalah perkembangan ekonomi global dan tentu saja yang berhubungan dengaan kurs,” ujar Jokowi saat membuka rapat di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/3/2015).
Jokowi memanggil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Gubernur BI Agus Martowardojo, Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Haddad, serta Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto.
Presiden Jokowi menjelaskan, saat ini fundamental ekonomi Indonesia semakin membaik, indeks saham juga membaik, bahkan pasar obligasi juga membaik, termasuk ruang fiskal.Namun begitu Jokowi untuk tetap waspada.
“Meski tadi malam kita sudah bertemu tapi saya kira lebih baik kita bahas lagi,” ujarnya.
Sepeti diketahui, dolar AS menembus level tertingginya yaitu Rp13.230, pada Rabu (11/3). Dengan angka tersebut, ajloknya nilai tukar rupiah di era pemerintahan Jokowi, lebih parah ketimbang pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono lalu.
Ditempat terpisah, Wakil Ketua DPR Fadli Zon meminta pemerintah serius dalam mengurus anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
“Ini luar biasa cepat dibanding dengan pemerintahan dahulu, ini termasuk state rupiah kita terlemah dalam era reformasi,” papar Fadli digedung DPR.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini meminta kepada pemerintah untuk fokus bekerja khususnya dalam menanggulangi anjloknya nilai tukar rupiah, agar tidak menimbulkan krisis kepercayaan terhadap pemerintah.
“Saya kira melemahnya rupiah ini jangan dianggap enteng, artinya belajar pada masa lalu, ketika terjadi krisis di Indonesia dan beberapa negara Asia tahun 1997/1998, selalu dimulai dengan situasi depresiasi rupiah,” tandas Fadli.[]