JAKARTA, WB – Batal mengumumkan susunan kabinet di dermaga III, Tanjung Priok, banyak yang mengesankan kalau presiden ke tujuh di republik ini, Jokowi, dilanda kebingungan. Alasannya apa lagi kalau bukan pembatalan yang memicu spekulasi adanya tarik-menarik antar kubu dilingkaran presiden.
Hal itu diduga karena banyak calon profesional dari partai politik, terkendala dengan warna yang ditorehkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Memang butuh waktu bagi partai politik yang nama-nama menterinya diberi garis berwarna, nah hal itulah yang membuat penyusunan nama kabinet jadi tertunda,” ujar ketua DPP partai Nasdem, Patrice Rio Capella saat dijumpai di bilangan Cikini, Kamis (23/10/2014).
Dia menambahkan, akan membutuhkan waktu satu atau dua hari mencari pengganti calon menteri yang diberiwarna oleh KPK, pasalnya tidak mudah mencari pengganti partai yang profesional di bidangnya.
“Cari penggantinya yang profesional dibidangnya itu yang susah, jadi memang butuh waktu,” ujarnya.
Patrice meminta kepada semua kalangan untuk tidak berasumsi negatif terhadap mundurnya pengumuman nama-nama kabinet, isu terkait penyokong dana dan dugaan adanya campur tangan pihak lain, dinilainya hanya akan memperburuk situasi yang sudah terjaga saat ini.
“Kita semua paham tidak ada parpol yang tidak sepaham, kan kita semua sudah tau kalau menteri adalah hak prerogratif presiden,” ujarnya.
Orang Dekat
Sementara itu dilokasi yang sama, Ketua DPP Partai Gerindra, Martin Hutabarat sejalan dengan Patrice, menurutnya jangan ada persepsi negatif terhadap mundurnya kabinet Jokowi. Bahkan Martin menampik kalau molornya waktu pengumuman lantaran ada berbagai intervensi terhadap Jokowi.
“Siapa yang berani intervensi presiden. Dia itu orang nomor satu di Indonesia, kalau dibilang ada intervensi waah itu salah lagi,” paparnya.
Martin menambahkan, kondisi kondusif politik saat ini, terbentuk karena sudah tidak ada lagi kubu-kubuan koalisi, baik itu Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat, itu artinya semua kebijakan soal kabinet murni hak presiden, dan bukan dari kata yang berandai-andai.
“Kita kan lagi damai kondisinya,jadi jangan berandai-andai lah. Kita sepakat sudah tidak adalagi koalisi-koalisi KMP dan KIH, yang ada sekarang ini adalah koalisi Indonesia Raya,” tegas Martin.
Mewakili dari partai pendukung, Demokrat, Ruhut Sitompul angkat bicara. Politisi yamg lama bermain sineteron ini berargumen bahwa yang harus ditakutkan oleh Jokowi saat ini dan nantinya adalah bukan partai yang berada sebagai oposisi, namun yang harus dikhawatirkan justru orang-orang yang ada didekatnya. Mereka ini orang-orang dekat jika tidak terpilih biasanya akan membuat berbagai rumor. Bahkan berbagai rumor dan opini yang diciptakan hanya memperkeruh keadaan.
“Orang dekat ini yang sering bikin rumor dan paling capek dihadapi. Saya sudah bilang ke Jokowi, yang jadi rival itu adalah orang yang jadi kawan. Yang ngeri adalah kawan yang menggunting lipatan,” tandas Ruhut. []