JAKARTA, WB – Peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Aji Alfarabi, mengatakan, adanya perbedaan hasil Quick Count dari berbagai lembaga survei kali ini, merupakan pertama kalinya terjadi dari pemilu presiden. Namun begitu, hal tersebut bukanlah sesuatu yang baru jika memang ada hasil quick count yang berbeda karena selisihnya sendiri mencapai 4-5 persen.
“Quic count ini kan menghitung data yang riil di TPS, jadi bukan menghitung persepsi individu. Misalnya di Kota Palembang ada perbedaan hasil. Bukan hal yang luar biasa tapi bisa diduga, karena margin of error 1 persen. Atau Pilkada Bali dan Jatim,” cerita Aji di bilangan Cikini, Sabtu (12/7/2014).
Aji menuturkan, perbedaan hasil quick count antara perolehan suara pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK yang mencapai lebih dari 4 bahkan sampai 5 persen itu tidak mungkin terjadi kalau memang menggunakan metode yang benar.
“Selisihnya tinggi bagi kami tidak mungkin ada perbedaan hasil quick count ketika dilakukan dengan metode yang benar dan bisa dipertanggung jawabkan,” katanya.
Lebih jauh Aji menjelaskan, cara quick count yang benar itu menghitung data real di tiap TPS. Bukan melihat atau bertanya mengenai persepsi pemilih terhadap pasangan capres-cawapres.
“Kita ambil suara aktual di TPS. Dengan quick count, kalau dulu kan hasil yang baru bisa diketahui setelah 10 hari, dengan quick count bisa diketahui hasilnya dalam hitungan 2-3 jam dengan sampel yang representatif dan menggambarkan hasil suara nasional,” paparnya.
Hasil quick count LSI menyebutkan dari 98,05% suara yang masuk, Prabowo-Hatta memperoleh 46,7% dan Jokowi-JK meraih 53,3%. Sementara hasil hitung cepat Indonesia Research Center (IRC) menunjukkan bahwa dari 100% suara masuk, Prabowo-Hatta memperoleh 51,11% dan Jokowi meraih 48,89%. Selisih antara keduanya sekitar 4-5 persen. []