JAKARTA, WB – Walau Kapolri dan Panglima TNI sudah memberikan jaminan bahwa pelaksanaan Pilpres yang akan dihelat pada 9 Juli 2014, dijamin aman, namun dimata ketua presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane tetap mengawatirkan kemungkinan terjadinya konflik khususnya di beberapa daerah.
“Setidaknya di empat daerah seperti Jatim, Jogja, Solo Raya, dan Jakarta. Sebab eskalasi massa pendukung capres-cawapres di 4 daerah ini semakin tinggi,” beber Neta dalam siaran persnya, Senin (7/7/2014).
IPW mendata, perang urat syaraf antar masing-masing pendukung capres di Jatim kian panas. Begitu juga di Jogja, Solo Raya dan Jakarta. Situasi di 3 kota terakhir, kata Neta, malah terlihat kian mencemaskan karena adanya sejumlah konflik fisik. Di Jogja, beberapa kali terjadi penyerangan, benturan, dan aksi bom molotov.
Sementara itu di wilayah Solo, telah terjadi aksi penembakan terhadap kader partai dan si Jakarta terjadi pembakaran pada posko capres tertentu. Ironisnya hingga kini kasusnya belum terungkap.
“Polri diharapkan tetap melakukan antisipasi dan deteksi dini dengan maksimal. Meski secara umum situasi Kamtibmas Indonesia menjelang Pilpres 2014 sebenarnya relatif aman,” ujarnya.
Menjelang dua hari menuju hari pemilihan, diakui Neta suhu politik terasa agak panas. Situasi kian panas tatkala beredar isu di masyarakat, jika salah satu pasangan capres-cawapres kalah akan terjadi kerusuhan. Apalagi Amien Rais sebagai Timses Prabowo-Hatta pernah mengatakan bahwa Pilpres 2014 sebagai `Perang Badar`.
“Hal ini tentu bisa membakar emosional pihak tertentu. Pernyataan yang sangat provokatif ini dikhawatirkan melahirkan bibit radikalisme yg mengancam situasi Kamtibmas Pilpres 2014, apalagi di barisan relawan capres tertentu terlihat banyak ormas garis keras,” tandas Neta. []