NTT, WB – Kepala Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur Anggoro Dwitjahyono menyatakan, ekspor kendaraan ke Timor Leste menjadi andalan NTT pada Maret 2014.
Pada Maret 2014, ekspor kendaraan dan bagiannya dengan nilai sebesar 472.125 Dolar AS merupakan ekspor terbesar, atau 30,54 persen dari total ekspor, katanya di Kupang, Sabtu (3/5/2014).
Dia menyebut komoditas itu menjadi andalan, karena Timor Leste dari aspek jarak sangat dekat dengan Nusa Tenggara Timur sehingga biaya mobilisasi dari aspek ekonomi masuk atau hemat.
Ia mengatakan pada Maret 2014, nilai ekspor Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 1.545.842 Dolar AS dengan volume sebanyak 4.344,96 ton.
Nilai ekspor tersebut terdiri dari ekspor migas senilai 124.044 Dolar AS dan ekspor non-migas senilai 1.421.798 Dolar AS.
Nilai ekspor ini naik 39,43 persen atau sebesar 437.141 jika dibandingkan dengan nilai ekspor bulan Februari 2014 sebesar 1.108.701 Dolar AS.
Bila dibandingkan total ekspor pada periode yang sama pada bulan Maret tahun 2013 sebesar 2.714.245 Dolar AS, maka terjadi penurunan sebesar 43,05 persen.
Sementara nilai ekspor Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Februari 2014 sebesar 1.108.575 dengan volume sebesar 3.318,3 ton atau turun 37,04 persen dari ekspor Januari 2014 sebesar 1.760.748 dolar AS.
Setelah kendaraan dan bagiannya menjadi andalan ekspor Maret 2014, bahan bakar mineral yang menempati urutan kedua terbesar setelah kendaraan dengan nilai 230.603 dolar AS atau meningkat 63,38 persen dibanding dengan ekspor komoditas bahan bakar itu ke Timor Leste pada Februari yang hanya 141.148 dolar AS.
Berikut komoditas mesin/peralatan listrik yang pada Februari diekspor dengan 114.664 Dolar AS dan pada Maret 2014 naik 268.315 Dolar AS atau 134 persen dan komoditas berikut adalah garam, belerang, kapur yang pada Februari 103.206 Dolar AS atau naik menjadi 162.245 Dolar As pada Maret 2014 atau 57,21 persen serta komoditas perabot, penerangan rumah pada Februari senilai 55.682 Dolar AS dan pada Maret 2014 meningkat 58.462 atau 4,99 persen.
Sementara itu, pada Maret 2014 nilai impor Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 19.254 Dolar AS dengan volume sebanyak 93,33 ton.
Pada bulan Maret 2014 seluruh komoditas impor Provinsi Nusa Tenggara Timur berasal dari Timor Leste sebesar 19.254 Dolar AS.
Kelompok komoditas dengan nilai impor terbesar yang diimpor pada bulan Maret 2014 adalah Komoditas Biji-bijian berminyak selain kopi dan teh dengan nilai impor sebesar 17.570 Dolar AS.
Ia mengatakan komoditas kopi merupakan komoditi unggulan Indonesia. Saat ini produksi kopi Indonesia tercatat mencapai sekitar 680.000 ton atau sekitar 11,3 juta karung kopi biji per tahun, di mana sekitar 70 persen-nya diekspor ke Eropa, Amerika Serikat dan Asia antara lain Jepang dan Korea Selatan.
Indonesia memproduksi sedikitnya tiga jenis kopi yakni Robusta, Arabika dan Liberika.
Daerah penghasil utama kopi Robusta adalah Sumatra Bagian Selatan atau Sumatra Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, Bali dan Flores-NTT. Penghasil utama kopi Arabika adalah Sumatra Bagian Utara (Aceh dan Sumatra Utara), Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali dan Flores. Kopi Liberika banyak ditanam di daerah pasang surut seperti Sumatera Bagian Timur (Jambi, Riau dan Sumatra Selatan) dan Kalimantan (Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah).
Sekitar 94 persen kopi diproduksi oleh perkebunan rakyat, sedangkan perkebunan besar negara dan swasta masing-masing hanya memproduksi sekitar dua persen.
Pada tahun 2010 jumlah rumah tangga petani pengelola perkebunan kopi di seluruh Indonesia dilaporkan sebanyak 1.881.694 KK (kepala keluarga). Adapun sektor perkebunan besar dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 30.834 orang.
Kopi “specialty” Indonesia umumnya berupa kopi specialty Arabika seperti kopi Gayo dari Aceh, Kopi Mandeling dan Kopi Lintong dari Sumatera, Kopi Jawa, Kopi Toraja, Kopi Bali-Kintamani dan Kopi Flores-Bajawa. Kopi specialty ini umumnya dieskpor dan mendapat harga jauh lebih tinggi dari kopi yang dikelola secara konvensional (mutu rendah). [ant]