JUDUL: Petani Lebanon hadapi kerugian musim panen zaitun akibat konflik Hizbullah-Israel
SHOOTING TIME: 29 Oktober 2024
DATELINE: 31 Oktober 2024
DURASI: 00:02:30
LOKASI: Beirut
KATEGORI: EKONOMI
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan pohon zaitun di kota selatan Hasbaya
2. Berbagai cuplikan petani memanen buah zaitun
3. SOUNDBITE (Bahasa Arab): SAEED ZEINEDDINE, Petani zaitun di Hasbaya
4. Berbagai cuplikan jalan yang sepi dan toko-toko yang tutup di Hasbaya
STORYLINE:
Menteri Pertanian Lebanon Abbas Hajj Hassan mengatakan kepada Xinhua bahwa serangan udara Israel yang sedang berlangsung telah menghancurkan para petani zaitun, yang kehilangan dua musim panen berturut-turut.
Ketegangan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel meningkat sejak 8 Oktober 2023, ketika Hizbullah meluncurkan roket ke Israel sebagai bentuk dukungan kepada Hamas, yang mengakibatkan puluhan ribu warga Lebanon mengungsi dan mengganggu pertanian di Lebanon selatan.
Hassan mengatakan bahwa lebih dari 50.000 pohon zaitun terbakar dan ribuan lainnya rusak akibat penggunaan bom oleh Israel.
SOUNDBITE (Bahasa Arab): SAEED ZEINEDDINE, Petani zaitun di Hasbaya
“Sangat berbahaya bagi kami untuk memanen buah zaitun. Kadang rudal menghantam di sini dan kadang di sana. Sangat berbahaya di mana-mana. Situasi saat ini tidak memungkinkan pekerja atau bantuan untuk datang ke sini.”
Menurut menteri pertanian tersebut, setelah konflik mereda, kementerian akan menilai kerusakan pada sektor pertanian dan peternakan, termasuk ladang zaitun, yang membentang sekitar 120.000 dunam (sekitar 12.000 hektare) di Lebanon selatan, sebagai persiapan untuk memberi kompensasi kepada pemiliknya.
“Pemerintah Lebanon telah memberi tahu Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang kerugian pertanian yang disebabkan oleh pengeboman Israel,” tuturnya.
Menurut Kementerian Pertanian Lebanon, Lebanon memiliki lebih dari 15 juta pohon zaitun, yang menghasilkan 150.000 hingga 250.000 ton buah zaitun setiap tahunnya, yang menghasilkan 15.000 hingga 25.000 ton minyak zaitun. Dari jumlah tersebut, sekitar 5.000 hingga 8.000 ton diekspor.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Beirut.
(XHTV)