oleh : Julius Hassan MDM
Perubahan Sifat Kepemimpinan di Era Disrupsi :
- Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang membuat seorang pemimpin hebat di dunia berubah dengan cepat dan tidak dapat diprediksi ?
- Bagaimana cara Anda memimpin secara efektif ketika aturan main terus berubah dan tantangannya belum pernah terjadi sebelumnya?
- Bagaimana Anda menginspirasi dan memotivasi tim Anda untuk merangkul perubahan dan inovasi, bukannya menolak dan takut?
Ini adalah beberapa pertanyaan yang dihadapi banyak pemimpin di era disrupsi, di mana kekuatan teknologi, sosial, ekonomi, dan lingkungan mengubah setiap aspek kehidupan kita. Model dan paradigma kepemimpinan lama tidak lagi memadai untuk menghadapi kompleksitas dan ketidakpastian dari realitas yang baru. Para pemimpin perlu beradaptasi dan mengembangkan pola pikir, keterampilan, dan perilaku mereka agar dapat berkembang di era baru ini.
Apa itu Disrupsi dan Mengapa Itu Penting?
Disrupsi adalah istilah yang menggambarkan situasi di mana pasar, industri, atau sistem yang ada digantikan oleh yang baru yang menawarkan nilai, kualitas, atau kenyamanan yang lebih baik kepada pelanggan atau pengguna. Disrupsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti inovasi teknologi, perubahan preferensi pelanggan, gerakan sosial, masalah lingkungan, atau peristiwa geopolitik.
Disrupsi menjadi penting karena menciptakan peluang dan ancaman bagi bisnis dan organisasi. Di satu sisi, disrupsi dapat membuka pasar baru, menciptakan segmen pelanggan baru, memungkinkan model bisnis baru, serta menumbuhkan inovasi dan kreativitas. Di sisi lain, disrupsi juga dapat membuat produk, layanan, proses, atau strategi yang sudah ada menjadi usang, mengikis keunggulan kompetitif, mengurangi profitabilitas, dan mengancam kelangsungan hidup.
Menurut laporan terbaru dari McKinsey & Company, sekitar 52% dari perusahaanperusahaan yang masuk dalam daftar Fortune 500 telah menghilang sejak tahun 2000 karena disrupsi. Laporan ini juga memprediksi bahwa pada tahun 2025, sekitar 75% perusahaan S&P 500 akan digantikan oleh pendatang baru. Statistik ini menunjukkan bagaimana kekuatan disruptif membentuk kembali lanskap bisnis dan menantang status quo.
Implikasi Disrupsi terhadap Kepemimpinan
Era disrupsi memiliki implikasi yang signifikan terhadap kepemimpinan di semua tingkatan. Para pemimpin harus mampu mengantisipasi, merespons, dan memanfaatkan kekuatan disruptif untuk menciptakan nilai dan mencapai tujuan mereka. Para pemimpin juga harus mampu memimpin perubahan dan transformasi di dalam organisasi dan tim mereka, serta di seluruh ekosistem dan jaringan mereka.
Beberapa Implikasi Utama terhadap Kepemimpinan di Era Disrupsi
Ligat dan Mudah Beradaptasi
Menjadi seorang pemimpin berarti harus ligat mampu beradaptasi dengan perubahan. Anda tidak bisa terpaku pada rencana atau pola pikir yang kaku, karena segala sesuatunya selalu berubah. Anda harus terbuka terhadap kemungkinan dan peluang baru, serta mau mencoba hal-hal baru. Jika Anda melakukan kesalahan, jangan menyalahkan diri sendiri. Belajarlah dari kesalahan tersebut dan lanjutkan hidup Anda.
Pemimpin terbaik mampu menyesuaikan tindakan dan keputusan mereka dengan cepat berdasarkan situasi. Mereka dapat melihat tren yang sedang terjadi dan membuat perubahan sebelum sesuatu terjadi. Inilah cara mereka memimpin tim mereka menuju kesuksesan, bahkan dalam lingkungan yang paling dinamis dan tidak pasti.
Visioner dan Inovatif
Visi dan inovasi sangat penting bagi para pemimpin. Mereka membantu Anda untuk melihat gambaran besar, membagikannya kepada orang lain dengan cara yang memotivasi mereka, dan melihat kemungkinan dan tantangan baru. Kedua hal ini juga membantu Anda menghasilkan solusi yang orisinal dan berharga, serta mendorong inovasi dan kreativitas di antara anggota tim dan organisasi Anda.
Visi dan inovasi sangat penting bagi para pemimpin di era disrupsi. Pemimpin yang mampu melihat gambaran besar dan memunculkan ide-ide baru akan lebih mampu memimpin tim mereka melalui perubahan dan berhasil dalam ekonomi baru.
Kolaboratif dan Inklusif
Kita hidup di masa perubahan yang cepat dan mendalam, di mana disrupsi adalah hal yang normal. Dunia menjadi lebih kompleks, tidak pasti, dan tidak stabil. Agar dapat berkembang di lingkungan ini, para pemimpin harus kolaboratif dan inklusif. Hal ini berarti mampu bekerja secara efektif dengan beragam orang, baik di dalam maupun di luar organisasi Anda, membangun kepercayaan dan hubungan baik dengan pemangku kepentingan yang berbeda, seperti rekan kerja, mitra, pelanggan, pemasok, regulator, dan pesaing, serta meningkatkan kecerdasan dan kebijaksanaan kolektif dari jaringan dan ekosistem Anda.
Dengan bersikap kolaboratif dan inklusif, Anda dapat memanfaatkan kekuatan keragaman dan inovasi untuk mengatasi tantangan dan meraih peluang di era disrupsi.
Berempati dan Berwelas Asih
Pemimpin yang efektif harus memiliki empati dan welas asih kepada anggota timnya. Empati berarti memahami perspektif dan motivasi mereka, sedangkan welas asih berarti peduli dengan kesejahteraan mereka dan ingin membantu mereka untuk sukses. Empati 4 dan welas asih sangat penting untuk membangun hubungan yang kuat dan kepercayaan, yang sangat penting untuk menavigasi tantangan dan peluang di dunia yang penuh dengan gangguan.
Empati dan welas asih dapat membantu mereka untuk mendengarkan dan terhubung dengan berbagai kelompok orang, melatih daripada melakukan sesuatu untuk anggota tim mereka, menjaga diri mereka sendiri dan orang lain, serta membuat keputusan yang menyeimbangkan kebutuhan saat ini dan masa depan.
Kompetensi yang Harus Dimiliki Pemimpin di Era Disrupsi
Para pemimpin harus memiliki kompetensi tertentu untuk sukses di era disrupsi, yang ditandai dengan perubahan yang cepat dan tak terduga dalam lingkungan, teknologi, pasar, dan ekspektasi pelanggan. Kompetensi ini bukanlah sifat-sifat tetap yang hanya dimiliki oleh beberapa pemimpin. Sebaliknya, kompetensi ini merupakan keterampilan yang dapat dipelajari dan dikembangkan melalui berbagai metode, seperti pelatihan, coaching, mentoring, umpan balik, dan praktik. Namun, beberapa metode lebih efektif daripada yang lain untuk mengembangkan kompetensi ini.
Metode pembelajaran yang paling efektif untuk mengembangkan kompetensi yang harus dimiliki adalah:
Pembelajaran berdasarkan pengalaman
Ini melibatkan pembelajaran dengan melakukan, seperti berpartisipasi dalam simulasi, permainan peran, studi kasus, atau proyek yang meniru situasi dan tantangan dalam kehidupan nyata. Pembelajaran berdasarkan pengalaman memungkinkan para pemimpin untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam lingkungan yang aman dan mendukung, menerima umpan balik langsung, dan merefleksikan tindakan dan hasil mereka.
Pembelajaran sosial
Hal ini melibatkan pembelajaran dari orang lain, seperti rekan kerja, mentor, pelatih, atau ahli. Pembelajaran sosial memungkinkan para pemimpin untuk mengamati dan meniru praktik-praktik terbaik, berbagi pengalaman dan wawasan, mengajukan pertanyaan dan meminta nasihat, serta menerima bimbingan dan dukungan.
Pembelajaran yang dipersonalisasi
Ini melibatkan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, preferensi, tujuan, dan gaya masing-masing pemimpin. Pembelajaran yang dipersonalisasi memungkinkan para pemimpin untuk fokus pada kekuatan dan area peningkatan mereka, memilih kecepatan dan tingkat kesulitan mereka sendiri, serta memilih sumber daya dan aktivitas pembelajaran mereka sendiri.
Kesimpulan
Kepemimpinan di era disrupsi tidaklah mudah. Dibutuhkan seperangkat keterampilan dan perilaku baru yang dapat membantu para pemimpin menavigasi kompleksitas dan ketidakpastian realitas baru. Kompetensi yang harus dimiliki dapat membantu para pemimpin mengantisipasi, merespons, dan memanfaatkan kekuatan disruptif untuk menciptakan nilai dan mencapai tujuan mereka.