Berkat jaringan 5G berkecepatan tinggi dan stabil ditambah dengan logistik yang efisien, makanan dan kerajinan khas dari wilayah Dulongjiang, seperti madu, obat-obatan herbal China, dan jamur morel, serta selimut Drung, kini dapat menjangkau pelanggan di seluruh China. Akses pasar yang diperluas tersebut telah menghasilkan peningkatan ekonomi yang signifikan bagi penduduk desa setempat. Tahun lalu, total aset ekonomi kolektif di Desa Dizhengdang mencapai 350.000 yuan (1 yuan = Rp2.184) atau sekitar 50.000 dolar AS (1 dolar AS = Rp15.715) dan rata-rata dividen rumah tangga mencapai hampir 2.000 yuan.
Infrastruktur digital yang melibatkan kehidupan sehari-hari juga mengalami kemajuan di Dulongjiang. Pemerintah dan beberapa komite desa setempat di Dulongjiang telah meluncurkan platform e-governmentmereka guna meningkatkan efisiensi kerja, sedangkan penduduk desa dapat menerima saran medis dari para pakar yang tinggal di ibu kota provinsi melalui tautan video.
Foto dokumentasi yang diabadikan menggunakan dronepada 30 Oktober 2021 ini memperlihatkan penduduk desa sedang memproses buah tsao-ko amomum di Dulongjiang, Wilayah Otonom Etnis Drung-Nu Gongshan, Provinsi Yunnan, China barat daya. (Xinhua)
PENDUDUK DESA MENJADI PELAKU PASAR
Li Wenshi semakin memperluas jangkauan pasarnya, yang tidak hanya menjual kepada wisatawan yang berkunjung ke wilayah tersebut, namun kini telah menjual selimut Drung kepada para warganet di seluruh China melalui livestreamingyang dilakukan oleh putrinya di media sosial. Meski tidak dapat berbahasa Mandarin, Li bisa langsung menerima pembayaran via e-wallet, yang menunjukkan dampak transformatif dari teknologi terhadap bisnis tradisional.
Beragam produk khas lokal seperti selimut Drung sudah mendapatkan popularitasnya sebagai komoditas yang banyak dicari.
Pada 2007, Dulongjiang memulai penanaman buah tsao-ko amomum. Pada akhir 2022, total area penanaman buah tersebut di wilayah itu mencapai hampir 5.500 hektare, dengan nilai outputmencapai sekitar 20 juta yuan.
“Keluarga saya menanam lebih dari 2 hektare buah tsao-ko amomum, yang meraup pendapatan hampir 14.000 yuan per tahun,” kata Meng Guorong, yang berasal dari Desa Bapo yang dikelola oleh Dulongjiang. “Orang-orang yang menanam lebih banyak buah dapat memperoleh penghasilan hingga 100.000 yuan setahun.”
Masyarakat tidak hanya mengubah tenaga mereka menjadi pendapatan, tetapi juga mengubah sumber daya menjadi sumber penghasilan di Dulongjiang. Wilayah itu telah mendiversifikasi industrinya dengan mencakup sejumlah bidang, yang di antaranya peternakan sapi, peternakan lebah, dan pariwisata.
“Pada akhir 2022, pendapatan bersih per kapita petani di Dulongjiang mencapai 15.993 yuan, dengan rata-rata deposito rumah tangga menembus 50.000 yuan, dan lebih dari 85 persen keluarga setempat memiliki kendaraan bermotor sendiri,” kata He Wenbao, sekretaris Partai di wilayah tersebut.
Foto dokumentasi yang diabadikan menggunakan dronepada 28 Oktober 2020 ini menunjukkan pemandangan Desa Kongdang, Dulongjiang, Wilayah Otonom Etnis Drung-Nu Gongshan, Provinsi Yunnan, China barat daya. (Xinhua/Hu Chao)
Dalam komunitas akademis global, perdebatan yang berkembang berkisar seputar strategi untuk membantu kelompok miskin dalam mengatasi “kemiskinan harapan”. Namun, di China, sebuah pendekatan tegas telah memberikan manfaat besar bagi jutaan orang. Karena manusia merupakan elemen produktivitas yang paling penting dan dinamis, maka kunci dari upaya pengentasan kemiskinan yang efektif dan berkelanjutan terletak pada investasi substansial di sumber daya manusia.
Jaringan komunikasi yang berkualitas tinggi membantu memberdayakan masyarakat di Desa Dizhengdang untuk secara proaktif meningkatkan literasi digital mereka, sehingga meningkatkan semangat dan antusiasme mereka. Di era digital, bahkan warga lanjut usia (lansia) setempat juga mahir menggunakan platform media sosial, seperti WeChat dan Douyin, bergabung dengan penduduk desa lainnya dalam menyambut pergeseran teknologi.
Warga lansia seperti Li Wenshi juga tidak ketinggalan dalam upaya peningkatan digital.
“Dahulu, tidak ada listrik, sehingga keluarga kami biasanya tidur lebih awal ketika hari sudah gelap,” kata Li Yuhua, putri Li Wenshi. “Namun, kini, ibuku sering menonton acara berita di televisi, dan sering menggunakan ponselnya untuk menelusuri video-video pendek yang viral seperti generasi muda zaman sekarang hingga hampir tengah malam. Ibuku bahkan tahu cara membayar via pemindaian kode QR.”
Bagi Li Wenshi, sepertinya ada sedikit kesenangan yang benar-benar bisa membuatnya tertawa terbahak-bahak sebelum hadirnya internet. Namun, saat ini dirinya tidak dapat menahan tawa melihat segala macam hal yang menarik dan baru dalam kehidupan sehari-harinya yang dibawa oleh jaringan seluler.
Foto dokumentasi yang diabadikan pada 16 September 2022 ini menunjukkan Li Wenshi (tengah) saat sedang belajar menggunakan internet pada sebuah ponsel di Desa Dizhengdang, Dulongjiang, Wilayah Otonom Etnis Drung-Nu Gongshan, Provinsi Yunnan, China barat daya. (Xinhua)
“Sekarang, penduduk desa menunjukkan peningkatan dalam hal pakaian dan keterampilan komunikasi dibandingkan dahulu, yang mencerminkan peningkatan nyata dalam level kepercayaan diri mereka,” kata Yang Wenbin, sekretaris pertama komite Partai di Desa Dizhengdang.
Yang pun menambahkan bahwa sejak memperoleh akses untuk mendapatkan informasi eksternal melalui internet, penduduk setempat menjadi lebih asertif dalam memasarkan produk pertanian dan kerajinan tangan mereka. “Dahulu, pihak luar akan datang dan mendikte harga pembelian barang-barang kami. Dengan adanya internet berkecepatan tinggi, setiap orang kini memiliki kesempatan untuk menjual produknya secara mandiri dengan harga yang lebih menguntungkan.”
Mengingat kemiskinan merupakan masalah kompleks yang melibatkan faktor material dan psikologis, maka pengentasan kemiskinan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga memerlukan partisipasi luas dari berbagai pihak. Penggabungan strategis antara perusahaan-perusahaan dan kolektif desa menjadi alat kebijakan yang penting dalam upaya China untuk mengangkat daerah-daerah termarginalisasi, dan memfasilitasi pendekatan yang komprehensif untuk pengentasan kemiskinan.
Sejak 1995, China Communications Construction Company Limited (CCCC) yang berbasis di Beijing telah memberikan bantuan yang ditargetkan ke Prefektur Otonom Etnis Lisu Nujiang, khususnya Dulongjiang. CCCC menyuntikkan sumber daya manusia, finansial, dan material dalam jumlah besar ke wilayah tersebut, mulai dari pengolahan buah tsao-ko amomum hingga pengembangan wisata pedesaan, dan semua upaya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi setempat.