TRIPOLI – Korban tewas dalam bentrokan yang terjadi di Tripoli, ibu kota Libya, bertambah menjadi 32 orang, sementara 159 lainnya dilaporkan mengalami luka-luka, demikian diungkapkan Kementerian Kesehatan Libya pada Minggu (28/8).
Bentrokan yang diwarnai aksi kekerasan itu meletus pada Jumat (26/8) malam waktu setempat di beberapa daerah di Tripoli tengah antara kelompok-kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan dua pemerintah yang saling bersaing.
MOHAMED ABESA, Warga negara Libya:
“Tadi malam sekitar pukul 01.30 terjadi bentrokan. Awalnya, bentrokan terjadi di jalan raya, lalu menjalar hingga ke bagian dalam permukiman warga. Seperti yang Anda lihat, rumah kami terbakar, begitu juga dengan beberapa rumah tetangga lainnya. Di area seluas sekitar 15 meter persegi, segala jenis senjata digunakan. Bentrokan itu menyebabkan kehancuran dan membuat warga ketakutan. Kedua orang tua saya menderita tekanan darah tinggi. Saya, istri, dan anak-anak perempuan kami tinggal di lantai atas, di lantai dua. Kami waktu itu kebingungan, harus memadamkan api ataukah mengecek orang tua saya.”
FAWZI AL-WAHESHI, Warga negara Libya:
“Itu malam yang berat yang belum pernah kami alami sejak 2011. Saya, seperti yang Anda lihat, adalah penyandang disabilitas. Saya berharap adanya perdamaian untuk negara ini. Tidak ada pejabat senior yang mengunjungi kami.”
Setelah dua malam bentrokan mematikan antara kelompok-kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan masing-masing kubu pemerintah yang bersaing, situasi Tripoli kini telah kembali tenang.
Perdana Menteri Pemerintah Persatuan Nasional (Government of National Unity/GNU) Libya Abdul-Hamed Dbeibah mengeluarkan perintah untuk menangkap semua orang yang terlibat dalam bentrokan dan membawa mereka ke meja hijau. Selain itu, dia juga mengeluarkan perintah untuk memberi kompensasi kepada warga yang mengalami kerugian harta benda akibat bentrokan itu.
Direktorat Keamanan Tripoli bekerja sama dengan Perusahaan Layanan Publik membuka kembali jalan utama dan jalan-jalan sekunder, serta menyingkirkan puluhan kendaraan yang terbakar atau hancur akibat bentrokan. Direktorat itu juga memulai kampanye pembersihan dan menyingkirkan puing-puing sisa bentrokan.
Libya masih terus menderita ketidakstabilan politik dan kekacauan sejak jatuhnya rezim mendiang pemimpin Muammar Gaddafi pada 2011 lalu.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Tripoli. (XHTV)