Karena jumlah kasus baru harian COVID-19 terus melonjak di Hong Kong, warga lebih jarang bepergian keluar rumah agar tidak tertular. Sementara itu, banyak pengemudi profesional turun ke jalan untuk melayani kelompok penumpang khusus.
HONG KONG, Masker, sarung tangan, disinfektan … setelah memastikan dirinya memiliki pasokan antiepidemi yang cukup di bagasi, Stephen Sha dengan cekatan memakai pakaian pelindung berwarna biru, masuk ke dalam taksinya, dan mengeluarkan alat uji mandiri cepat untuk COVID-19.
“Satu garis, negatif,” ujar Sha sambil bernapas lega. Dia pun mengenakan masker, pelindung wajah (face shield), dan sarung tangan, lalu menunggu pesanan dari pusat pengiriman taksi untuk menjemput pasien COVID-19.
Karena jumlah kasus baru harian COVID-19 terus melonjak di Hong Kong, warga lebih jarang bepergian keluar rumah agar tidak tertular. Sementara itu, banyak pengemudi profesional, termasuk Sha, turun ke jalan untuk melayani kelompok penumpang khusus.
Pada pertengahan Februari lalu, pemerintah Daerah Administratif Khusus (Special Administrative Region/SAR) Hong Kong memperketat kebijakan antiepideminya, termasuk penangguhan layanan makan di tempat (dine-in) di restoran-restoran setelah pukul 18.00.
Karena situasi epidemi yang parah, jalan-jalan yang tadinya ramai di pusat keuangan global itu menjadi cukup sepi. “Ini bukan Hong Kong yang saya kenal,” tutur Sha (72) dengan muram.
Ketika Sha mengetahui pemerintah SAR Hong Kong membuat armada “taksi antiepidemi” untuk mengantar para pasien COVID-19 ke klinik, dia memutuskan untuk bergabung.
Pada 22 Februari, dua hari sebelum Sha bergabung dengan armada taksi tersebut, keluarga adik bungsu Sha didiagnosis positif COVID-19. Mereka tidak pergi ke rumah sakit, tetapi tinggal di rumah karena khawatir akan menyebarkan penyakit tersebut jika menggunakan transportasi umum.
Tekad Sha untuk ikut ambil bagian dalam armada taksi tersebut pun menjadi semakin kuat dan dia berharap dapat membantu para pasien COVID-19 sebanyak yang dia bisa.
Sung Yat-lung, seorang pengemudi lainnya dari armada “taksi antiepidemi”, mengakui bahwa dirinya takut tertular, tetapi dia menemukan kepuasan dan keberanian dalam membantu para pasien untuk pergi ke klinik dan mendapatkan perawatan.
Sistem perawatan kesehatan Hong Kong kewalahan oleh gelombang kelima epidemi COVID-19. Tenaga kesehatan garis depan di daerah administratif itu pun bekerja di bawah tekanan yang sangat tinggi.
Pusat Pengendalian Infeksi Hong Kong di Rumah Sakit Lantau Utara menjadi salah satu rumah sakit rujukan di Hong Kong untuk merawat pasien COVID-19. Nona Ma bekerja sebagai asisten ahli anestesi di rumah sakit tersebut dan biasanya dia membutuhkan waktu hampir dua jam untuk berangkat kerja setiap harinya.
Sebagai bagian dari upaya untuk membendung penyebaran virus, beberapa rute bus di Hong Kong telah disesuaikan dan frekuensi layanan bus juga dikurangi, sehingga membuat perjalanan sehari-hari Ma menjadi semakin sulit. Baru-baru ini, dia diberi tahu soal layanan taksi khusus yang disediakan oleh sebuah grup taksi setempat.
Bulan lalu, grup tersebut meluncurkan kampanye untuk menawarkan tumpangan gratis bagi tenaga kesehatan garis depan dan angkutan gratis untuk pasokan antiepidemi.
“Saya senang jika saya dapat membantu memangkas waktu perjalanan tenaga kesehatan,” kata Dickson Chen, salah satu dari 100 lebih pengemudi taksi yang menjadi sukarelawan kampanye tersebut.
Terkadang saat Sha memarkir taksinya di tepi jalan dan orang mengenalinya sebagai “taksi antiepidemi”, mereka akan menghampirinya untuk mengucapkan terima kasih.
“Sungguh mengharukan, sangat bahagia, ini sangat berharga,” ujar Sha sembari tersenyum lebar. [Xinhua]