TEHERAN, Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Sabtu (19/2) menyatakan bahwa kesepakatan apa pun yang mungkin tercapai antara Iran dan kekuatan-kekuatan dunia di Wina, ibu kota Austria, harus mencakup penghapusan sanksi anti-Iran dan jaminan yang sah untuk pelaksanaan komitmen tersebut, menurut situs web kepresidenan Iran.
Pernyataan itu dilontarkan Raisi dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
“Dalam proses negosiasi, Republik Islam Iran telah menawarkan sejumlah proposal konstruktif dan telah memeriksa proposal dari pihak-pihak lainnya dalam pembicaraan tersebut serta kepatuhan mereka terhadap kepentingan rakyat Iran,” ujar Raisi.
Dia juga memperingatkan “tekanan politik atau klaim yang dibuat dengan tujuan mempertahankan tekanan pada rakyat Iran,” yang telah merusak prospek pencapaian kesepakatan dalam pembicaraan yang bertujuan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 tersebut, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA).
Sementara itu, Macron menyampaikan bahwa kemajuan yang baik telah dibuat dalam pembicaraan Wina, dan mengungkapkan harapannya agar pembicaraan tersebut mencapai kesimpulan sesegera mungkin.
Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik Washington keluar dari JCPOA pada Mei 2018 dan kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran, yang mendorong Iran membatalkan sejumlah komitmen nuklirnya satu tahun kemudian dan kembali melanjutkan program nuklir mereka yang sempat dihentikan.
Sejak April 2021, delapan putaran pembicaraan telah digelar di Wina antara Iran dan pihak-pihak JCPOA yang tersisa, yaitu Inggris, China, Prancis, Rusia dan Jerman, dengan AS secara tidak langsung terlibat dalam pembicaraan tersebut, untuk menghidupkan kembali kesepakatan penting itu. [Xinhua]