SHANGHAI, China muncul sebagai pemain penting, memajukan globalisasi ekonomi dengan keterbukaan sebagai ciri khasnya, dan kesejahteraan bersama sebagai visi perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.
Sejak bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), ekonomi negara itu telah berkembang dari urutan keenam menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia. Perdagangan barang tumbuh dari posisi keenam ke posisi teratas, dan perdagangan jasa dari posisi 11 ke urutan kedua di seluruh dunia.
China telah memimpin negara-negara berkembang dalam memanfaatkan investasi asing, sementara investasi langsung ke luar negeri (outbound direct investment) telah meningkat dari posisi ke-26 menjadi posisi pertama.
Perubahan tersebut mencerminkan upaya konsisten China dalam merangkul ekonomi global dengan memfasilitasi perdagangan dan investasi global serta menjunjung tinggi multilateralisme.
INTEGRASI YANG LEBIH DALAM
Langkah terbaru untuk memperluas keterbukaan itu diambil seiring gelaran Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) keempat yang dimulai pada Kamis (4/11). Pada pameran itu, China mengumumkan akan membangun lebih banyak zona peragaan untuk promosi kreatif perdagangan impor. China juga akan mempromosikan perdagangan elektronik (e-commerce) Jalur Sutra.
China sebelumnya telah mempersiapkan beberapa kota untuk pengembangan pusat konsumsi internasional (international consumption centers), dan berjanji pada gelaran CIIE bahwa pembangunan pusat tersebut akan dipercepat. Negara itu juga akan membangun sistem logistik modern serta meningkatkan kemampuan logistik lintas perbatasan untuk berbagi manfaat keterbukaan dengan dunia.
Tekad keterbukaan tersebut tetap teguh dari waktu ke waktu. Sebelumnya pada September, China mengumumkan langkah-langkah baru untuk membuka sektor jasanya. Langkah-langkah itu antara lain menerapkan daftar negatif perdagangan jasa lintas perbatasan dan menjajaki pengembangan zona percontohan nasional untuk pengembangan inovatif perdagangan jasa.
Sejak 2013, China telah membangun 21 zona perdagangan bebas percontohan, yang mewakili titik unggulan baru untuk keterbukaan. Langkah-langkah keterbukaan telah diterapkan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk memberlakukan undang-undang investasi asing, menerapkan layanan nasional pra pembangunan, dan mengurangi daftar negatif untuk bisnis asing.
China selalu mendukung mekanisme multilateral dan regional untuk memainkan peran yang lebih besar dan negara-negara berkembang agar mendapatkan lebih banyak perwakilan.
Bulan lalu, China secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP) dan menjanjikan lebih banyak upaya untuk memperluas akses pasar dibandingkan praktiknya dalam semua pakta perdagangan yang ada saat ini.
Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP), yang akan berlaku pada 1 Januari 2022, merupakan perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia, yang mencakup sekitar 30 persen populasi dunia.
China, sebagai anggota RCEP, telah menyatakan kesiapannya untuk lebih meningkatkan integrasi dan pemulihan ekonomi di kawasan melalui kerja sama yang saling menguntungkan dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dalam banyak kesempatan.
![](https://www.wartabuana.com/wp-content/uploads/2021/11/view-hmdWCD.jpeg)
Pemberlakuan perjanjian ini penting untuk lebih mempromosikan perdagangan bebas intraregional, menstabilkan rantai industri dan pasokan, serta mempromosikan keterbukaan tingkat tinggi China, kata Kementerian Perdagangan China.
George Ye, Wakil Presiden dan Manajer Umum Edwards Lifesciences Greater China, mengatakan China telah memberikan kontribusi penting bagi ekonomi dunia sejak negara itu masuk ke WTO.
Perusahaan tersebut merasa terhormat menyaksikan China memenuhi komitmennya ketika bergabung dengan WTO, terus membuka diri terhadap dunia luar, mempercepat liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi, serta meningkatkan lingkungan bisnisnya, papar Ye.
PELUANG BERSAMA
Seperti kata pepatah China kuno, “Satu bunga tidak akan menghadirkan musim semi.” Upaya keterbukaan China tidak pernah mengarah pada pembangunan yang tertutup, tetapi saling menguntungkan yang dapat dinikmati oleh semua.
Selama bertahun-tahun, China telah meluncurkan berbagai langkah untuk menurunkan ambang batas akses pasar untuk berbagi peluang pasar dengan seluruh dunia.
China menepati janjinya untuk menurunkan tarif impor barang menjadi 9,8 persen dari 15,3 persen ketika mereka bergabung dengan WTO 20 tahun lalu. Saat ini, pajak impor keseluruhan mencapai 7,4 persen, lebih rendah dari tingkat rata-rata anggota negara berkembang WTO, dan mendekati tingkat negara maju di WTO.
Hambatan nontarif (non-tariff barriers/NTB) untuk perdagangan internasional juga telah berkurang secara signifikan, dengan langkah-langkah nontarif yang mencakup 424 kategori tarif dihapus pada Januari 2005.
![](https://www.wartabuana.com/wp-content/uploads/2021/11/view-P4I7qJ.jpeg)
Sama seperti China yang meraup keuntungan dari peningkatan ekspor, mitra-mitra dagangnya juga diuntungkan dari peningkatan daya beli China dan peningkatan impor, kata Sekretaris Jenderal Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) Rebeca Grynspan.
China juga telah berupaya untuk menyediakan barang-barang publik guna memfasilitasi pembangunan ekonomi dan sosial secara global dan regional.
CIIE, pameran tingkat nasional pertama di dunia yang didedikasikan untuk sektor impor, menjadi salah satu platform untuk pengadaan internasional, promosi investasi, pertukaran budaya, dan kerja sama terbuka.
CIIE edisi keempat yang sedang berlangsung telah menarik hampir 3.000 bisnis dari 127 negara dan kawasan. Lebih dari 80 persen dari 500 perusahaan dan pemimpin industri top dunia yang berpartisipasi dalam pameran sebelumnya juga hadir di sini tahun ini. Total area ekshibisi untuk bisnis telah diperluas menjadi 366.000 meter persegi.
Menikmati venueyang lebih besar, perusahaan-perusahaan Amerika Serikat, yang jumlahnya memecahkan rekor, turut berpartisipasi pada acara tahun ini. CIIE juga mencatatkan partisipasi 90 perusahaan dari 33 negara terbelakang.
![](https://www.wartabuana.com/wp-content/uploads/2021/11/view-biXJZO.jpeg)
Dalam 20 tahun terakhir, China telah menjadi mitra dagang terbesar dari sebagian besar negara berkembang. Secara signifikan, negara tersebut menyerap 20 persen dari ekspor negara-negara terbelakang, berkat inisiatif akses pasar bebas bea dan kuota yang mendukung negara-negara tersebut, tutur Grynspan.
Menargetkan lebih banyak peluang bisnis dari pasar terbesar di dunia itu, peserta dari seluruh dunia memuji CIIE sebagai platform untuk berbagi manfaat dari pembangunan China.
Jose Vinals, Chairman Standard Chartered Group, mengatakan pameran ini menarik dan menyediakan platform yang kuat bagi pengekspor, pemasok, dan penyedia layanan secara global untuk terhubung dengan berbagai peluang di China.
Ketika mengomentari transformasi China dalam dua dekade terakhir, Fabrice Megarbane, Presiden L’Oreal Zona Asia Utara dan CEO L’Oreal China, mengatakan negara tersebut berkomitmen untuk membuat pasar lebih stabil, transparan, dapat diprediksi, dan adil.
“China juga menyuntikkan kesejahteraan dan stabilitas ke seluruh dunia, mulai dari merampingkan administrasi dan mendelegasikan kekuasaan, hingga memangkas pajak dan biaya, pertukaran internasional hingga inovasi lokal,” kata Megarbane.
Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra yang diusulkan China, sebuah inisiatif publik global lainnya, telah berkembang menjadi platform kerja sama internasional terbesar di dunia selama delapan tahun terakhir, dengan lebih dari 200 perjanjian kerja sama ditandatangani antara China dengan lebih dari 170 negara dan organisasi internasional.
Melalui Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, China dalam kombinasinya dengan keunggulan kompetitif berbagai negara, menawarkan investasi untuk mempercepat pembangunan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan sosial, kata Sergei Glazyev, anggota dewan (menteri) Komisi Ekonomi Eurasia.
China memimpin pembangunan sosial ekonomi dunia, dan usulannya untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi kemanusiaan menginspirasi banyak negara Eurasia, kata Glazyev.
Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala mengatakan China telah berhasil memosisikan dirinya sebagai inti dari banyak rantai nilai global. Jaringan produksi dan perdagangan ini tidak hanya menyediakan jalur kehidupan bagi banyak negara selama pandemi, tetapi juga meningkatkan kuantitas, kualitas, dan variasi barang yang tersedia di seluruh dunia.
Melihat ke belakang selama dua dekade terakhir, aksesi China ke WTO menjadi jembatan perdagangan terbesar antara China dan Barat sejak ekspedisi Marco Polo pada abad ke-13, papar Okonjo-Iweala.
“WTO tidak akan menjadi Organisasi Perdagangan Dunia tanpa China,” ujarnya saat berpidato pada sesi tingkat tinggi yang diadakan pada Jumat (5/11) pada peringatan 20 tahun aksesi China ke WTO melalui video. [Xinhua]