WASHINGTON – Kemungkinan gagal bayar utang (debt default) pemerintah Amerika Serikat (AS), jika batas utangnya tetap tidak berubah, akan menimbulkan serangkaian konsekuensi dan pada akhirnya mengarah ke krisis global, seperti diperingatkan sebuah analisis berita yang diterbitkan CNN pada Rabu (29/9).
“Amerika Serikat sedang menuju ke jurang, dan menyeret dunia bersamanya,” kata artikel itu.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Selasa (28/9) mengatakan bahwa anggota parlemen AS memiliki waktu hingga 18 Oktober untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang sebelum negara itu diperkirakan gagal membayar utang nasionalnya.
Jika pemerintah AS mengalami gagal bayar, kata artikel itu, maka mereka akan gagal membayar bunga atas utangnya, yang menyebabkan kenaikan suku bunga untuk meminjam uang, yang berarti hipotek, pinjaman mobil, dan tagihan kartu kredit akan naik, dan “jutaan warga AS mungkin akan kehilangan pekerjaan dan pemulihan pandemi, yang melambat, akan kandas.”
Gaji militer, pembayaran pensiun pemerintah, dan tunjangan lainnya juga akan menguap, sebut artikel itu.
“Mengingat stabilitas utang AS merupakan landasan ekonomi global, kegagalan Washington membayar utang berpotensi menjerumuskan seluruh dunia ke dalam krisis,” tulis artikel itu.
Pada Kamis (30/9), Presiden AS Joe Biden menandatangani rancangan undang-undang (RUU) pendanaan jangka pendek setelah Kongres meloloskan RUU tersebut, mencegah penutupan parsial pemerintah (partial government shutdown) yang sedianya akan dimulai tengah malam. Dengan diloloskannya RUU pendanaan sementara itu, Partai Demokrat perlu bertindak cepat dalam beberapa hari mendatang terkait batas utang itu.
Batas utang, biasa disebut pagu utang, adalah jumlah total uang yang dapat dipinjam oleh pemerintah AS untuk memenuhi kewajiban hukum yang ada, termasuk jaminan sosial dan tunjangan kesehatan, bunga utang nasional, serta pembayaran lainnya. [Xinhua]