ISTANBUL – Sinem Dedetas, Kepala Istanbul City Lines, optimistis bahwa taksi laut yang baru saja rampung diproduksi akan membantu meredakan kekacauan lalu lintas di kota terbesar di Turki itu.
“Satu cara terbaik untuk memperbaiki kondisi lalu lintas di kota ini adalah dengan meningkatkan efisiensi transportasi laut dengan alternatif yang sesuai,” ujar Dedetas.
Dikelilingi oleh Laut Hitam, Laut Marmara, dan Selat Bosphorus yang mengalir di antaranya, Istanbul, kota paling padat penduduk di Turki dengan lebih dari 16 juta warga dan hampir 5 juta kendaraan terdaftar, sudah lama berkutat dengan kemacetan kronis.
Masalah tersebut menjadi semakin serius sepanjang tahun lalu karena masyarakat menghindari bepergian menggunakan transportasi umum akibat pandemi COVID-19.
Tahun lalu, Dedetas mengungkapkan gagasan untuk memproduksi taksi laut berukuran sekecil mungkin yang mampu mengakses semua dermaga atau jalur masuk kecil di wilayah laut Istanbul. Perahu-perahu itu dirancang dengan panjang 11,95 meter dan lebar 4,4 meter.
Dedetas dan timnya mengusahakan agar biayanya tetap rendah guna mendorong sejumlah besar warga, termasuk para pelajar, untuk menggunakannya. Oleh karena itu, mereka belum menggunakan institusi perantara mana pun dan memproduksi perahu-perahu itu secara lokal di Galangan Kapal Halic, yang didirikan pada 1455 di pesisir pantai Golden Horn atau Tanduk Emas pada era Ottoman.
Dalam waktu singkat sejak Januari, tim tersebut telah memproduksi 45 taksi laut. Setiap taksi laut dapat mengangkut 10 orang secara bersamaan.
Para komuter nantinya dapat mengakses taksi secara individual melalui sebuah aplikasi. Setelah enam bulan, Istanbul City Lines akan mengembangkan praktik tersebut menjadi sebuah sistem berbagi (sharing).
Dedetas mengatakan lebih banyak lagi taksi laut dapat diproduksi untuk digunakan sebagai bus sekolah yang baru bagi para mahasiswa pada periode berikutnya. Dua universitas sudah melakukan pemesanan kepada Istanbul City Lines.
“Namun karena desain perahu-perahu ini masih terbilang baru, kami harus mengamati kinerjanya di perairan untuk sementara waktu. Kami mungkin perlu melakukan beberapa penyempurnaan sebelum memproses permintaan dari universitas,” paparnya.
Su Meric (18), mahasiswa di Universitas Kadir Has yang terletak di pantai Tanduk Emas, tinggal di Distrik Maltepe di sepanjang Laut Marmara di sisi Asia Istanbul.
“Bayangkan jika taksi laut dijadikan bus sekolah. Saya bisa pergi ke kampus dalam waktu singkat sembari menghirup udara laut yang segar tanpa terjebak kemacetan,” kata Meric kepada Xinhua dengan begitu antusias.
Istanbul City Lines melakukan 650 perjalanan setiap harinya untuk menghubungkan area-area permukiman di sepanjang lautan di Istanbul, dengan ongkos bervariasi anatara 4,03 hingga 6,33 lira Turki (1 lira Turki = Rp1.688). Sementara penggunanaan taksi laut, yang saat ini jumlahnya sangat sedikit, sudah lama ditinggalkan. [Xinhua]