TOKYO – Tiga prefektur di dekat Tokyo akan bersama-sama meminta pemerintah pusat Jepang untuk memasukkan mereka ke dalam wilayah penerapan status darurat COVID-19 menyusul kasus COVID-19 belakangan ini, ungkap Gubernur Prefektur Chiba Toshihito Kumagai sebagaimana mestinya dilaporkan media setempat pada Kamis (29/7).
Dalam sebuah konferensi pers, Kumagai menyatakan “sense of crisis yang kuat” terkait cepatnya penyebaran virus ini. Yasutoshi Nishimura, menteri yang bertanggung jawab atas respons COVID-19, mengatakan bahwa dirinya akan “memutuskan dengan cepat dan merespons secara fleksibel setelah permintaan tersebut dibuat” oleh prefektur Chiba, Kanagawa, dan Saitama.
Kasus baru harian COVID-19 di Jepang secara total mencatatkan rekor tertinggi dengan 9.583 kasus pada Rabu (28/7). Tokyo, yang menjadi rumah Olimpiade dan sudah menerapkan status darurat sampai 22 Agustus, melaporkan kejadian kasus dengan rekor 3.177 infeksi baru. Prefektur ketiga tetangga Tokyo juga melaporkan rekor penambahan kasus harian.
Prefektur ketiga saat ini berada dalam status kuasi darurat, dengan yang lebih sedikit pada aktivitas bisnis, dibanding status darurat. Dalam rapat parlemen pada Kamis, Shigeru Omi, seorang pakar penyakit menular yang memimpin subkomite COVID-19 pemerintah, mendesak pemerintah mengeluarkan pesan yang kuat kepada warga, tentang semakin besarnya beban yang dialami sistem perawatan kesehatan.
“Saya memiliki rasa krisis yang kuat. Tidak ada banyak faktor yang akan menurunkan tingkat infeksi saat ini,” tutur Omi. Dia juga mengatakan “bahaya terbesar adalah fakta bahwa masyarakat umum tidak memiliki rasa krisis yang sama”, dan situasi seperti ini akan membuat virus kian menyebar.
“Saya ingin pemerintah mengirim pesan yang lebih jelas dan lebih tegas dari sebelumnya tanpa membuang waktu,” ujarnya. [Xinhua]