MANILA – Ekonomi Filipina menyusut 4,2 persen pada kuartal pertama (Q1) 2021 di saat negara Asia Tenggara itu bergumul dengan langkah karantina wilayah (lockdown) untuk membendung pandemi COVID-19, demikian disampaikan Otoritas Statistik Filipina (Philippine Statistics Authority/PSA) pada Selasa (11/5).
Kontributor utama dari penurunan itu antara lain konstruksi sebesar -24,2 persen, jasa lainnya -38,0 persen, serta real estat dan kepemilikan tempat tinggal -13,2 persen, ungkap Kepala PSA Dennis Mapa dalam konferensi pers daring.
Kontraksi 4,2 persen pada kuartal pertama itu mengikuti penurunan 8,3 persen pada kuartal keempat 2020.
Sekretaris Perencanaan Sosial Ekonomi Karl Kendrick Chua mengatakan bahwa kinerja ekonomi terbaru “menunjukkan batas pemulihan ekonomi tanpa pelonggaran besar dari kebijakan karantina kami.”
“Setelah lonjakan ini berakhir, kami dapat menerapkan pelonggaran karantina dengan pendekatan bertahap guna menggenjot pemulihan kami tahun ini,” ujar Chua.
“Ekonomi kami mungkin melambat pada awal 2021 mengingat perkembangan baru-baru ini, tetapi kami tidak akan mundur,” kata Chua, seraya menambahkan bahwa “posisi ekonomi Filipina yang kuat sebelum pandemi dan membaiknya data ekonomi dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa ekonomi mulai membaik.” Lebih lanjut, Chua mengatakan kinerja Produk Domestik Bruto (PDB) yang terbaru konsisten dengan pemulihan pasar tenaga kerja.
Metro Manila dan empat provinsi di sekitarnya telah menerapkan lockdown ketat sejak 29 Maret lalu. Pembatasan itu akan tetap berlaku hingga 14 Mei.
Filipina telah memberlakukan lockdown dalam berbagai tingkatan sejak pemerintah menerapkan kebijakan itu pada pertengahan Maret tahun lalu, yang menyebabkan banyak bisnis ditutup sementara.
Ekonomi Filipina menyusut 9,6 persen pada 2020, sementara tumbuh 6,1 persen pada 2019. [Xinhua]