WARTABUANA – Perdana Menteri Prancis Jean Castex pada Kamis (18/3) mengumumkan “langkah-langkah masif baru” untuk mengendalikan COVID-19 di 16 wilayah yang terdampak paling parah di negara tersebut, termasuk Paris dan wilayah utara.
Langkah-langkah baru itu akan mulai diberlakukan pada Jumat (19/3) pukul 00.00 waktu setempat dan berlangsung selama empat pekan, ujar Castex dalam konferensi pers mingguannya.
“Laju penyebaran virus meningkat signifikan,” katanya. Pada Selasa (16/3), Castex mengatakan kepada Majelis Nasional bahwa Prancis telah “memasuki semacam gelombang ketiga yang ditandai dengan banyak varian.”
Dia mengatakan bahwa pasien COVID-19 yang saat ini dirawat di unit perawatan intensif (ICU) Prancis berusia lebih muda dan tanpa kondisi kesehatan bawaan, dan rawat inap berlangsung lebih lama dibandingkan gelombang-gelombang virus corona sebelumnya.
Guna membendung penyebaran virus di 16 wilayah tersebut, hanya tempat usaha yang menjual barang dan jasa esensial yang diizinkan untuk buka. Tidak seperti saat karantina wilayah (lockdown) nasional pada musim semi tahun lalu, tempat penitipan anak, sekolah dasar, dan sekolah menengah akan tetap buka, tutur Castex.
“Warga akan diperbolehkan meninggalkan rumah untuk berjalan-jalan, menghirup udara segar atau berolahraga di siang hari tanpa batas waktu apa pun. Namun, itu hanya bagi yang memiliki sertifikat dan dengan syarat tetap berada dalam radius 10 kilometer dari rumah,” lanjutnya.
Pada Kamis, Prancis melaporkan 34.998 kasus baru COVID-19 dalam 24 jam terakhir, jumlah kasus harian tertinggi kedua sejak November tahun lalu setelah 38.501 kasus pada Rabu (17/3). Jumlah kumulatif kasus COVID-19 di negara itu mencapai 4.181.607, sementara total kematian bertambah 268 menjadi 91.679.
Jumlah orang yang dirawat inap naik 75 menjadi 25.389, sementara total pasien di ICU mencapai 4.246, bertambah 27 dari Rabu. [Xinhua]