WARTABUANA – Kepala Tenaga Kesehatan Inggris Chris Whitty pada Selasa (9/3) mengatakan bahwa “banyak risiko yang dipertaruhkan” saat aturan karantina wilayah (lockdown) terkait virus corona (COVID-19) di negara itu dilonggarkan.
“Jika Anda melakukan pembukaan terlalu cepat, akan ada lebih banyak orang yang meninggal,” kata Whitty kepada sekelompok anggota parlemen Inggris. “Jika kita melonggarkan lockdown terlalu cepat, kita akan mengalami lonjakan besar sementara banyak orang tidak terlindungi.”
Hingga Senin (8/3), Inggris telah melaporkan lebih dari 4,22 juta kasus virus corona dan 124.566 kematian.
Menurut data pemodelan yang dipertimbangkan oleh Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Keadaan Darurat (Scientific Advisory Group for Emergencies/SAGE) pemerintah Inggris, sedikitnya 30.000 kematian akibat virus corona dapat terjadi dalam beberapa bulan mendatang, bahkan di bawah asumsi yang paling optimistis.
“Jika orang-orang berpikir semua ini sudah berakhir, saya akan mendorong mereka untuk menengok ke benua Eropa… di mana banyak negara kembali mengalami lonjakan kasus dan harus kembali menerapkan lockdown karena belum pernah berada dalam situasi seperti itu,” ujar Whitty.
Dalam peringatan lebih lanjut, Whitty mengatakan, “Saya pikir mudah sekali untuk melupakan betapa cepatnya sesuatu dapat berubah menjadi buruk jika Anda tidak mengamatinya dengan sangat cermat.”
“Jika kelak Anda mengabaikan semua aturan, Anda akan mengalami puncak kasus yang lebih tinggi,” lanjutnya.
Pada 22 Februari, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan “peta jalan” yang telah lama dinantikan untuk mengakhiri lockdown. Pembukaan kembali sekolah-sekolah di Inggris pada Senin merupakan bagian pertama dari rencana empat tahap, yang menurut Johnson dirancang untuk “berhati-hati, tetapi tidak dapat diubah kembali.”
Inggris diperkirakan akan mencabut semua aturan pembatasan sosial mulai 21 Juni. [Xinhua]