WARTABUANA – Usai menyelenggarakan pelatihan Jubir Pancasila sekaligus membentuk jaringan KBI di tujuh provinsi, kini pelatihan Jubir Pancasila KBI Terus Berlanjut ke Jawa Tengah.
.
Kota Semarang menjadi destinasi, Pelatihan diselenggarakan di Hotel Quest hingga 15 Oktober 2018. Pelatihan dibuka oleh Anick HT, koordinator KBI sekaligus fasilitator acara pelatihan.
Dalam sambutannya, Anick memperkenalkan Komunitas Bela Indonesia serta alasan mendasar diadakannya pelatihan Jubir Pancasila di 25 povinsi. Kata Anick, program Bela Indonesia ada setelah kekhawatiran kian memudarnya kesadaran masyarakat untuk meneguhkan ideologi Pancasila sebagai perekat bangsa membuat banyak pihak prihatin.
“Menguatnya sektarianisme dan politisasi agama juga membuktikan bahwa falsafah kebangsaan yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa sudah mulai tergerus dan cenderung relatif dilupakan, terutama pasca Orde Baru,” kata Anick.
“Keresahan tesebut menjadi dasar utama dibentuknya gerakan Komunitas Bela Indonesia dengan mengadakan Pelatihan Juru Bicara Pancasila di 25 provinsi di Indonesia,” terang Anick kembali.
Pelatihan Juru Bicara Pancasila ini cukup matang dipersiapkan. Komunitas Bela Indonesia sebagai penyelenggara telah lebih dulu membuat buku rujukan utama yang berjudul Rumah Bersama Kita Bernama Indonesia, yang ditulis oleh Denny JA dan Tim.
Buku ini juga bisa menjadi panduan teoretis bagi masyarakat umum untuk memahami Pancasila dalam konteks kekinian yang pro terhadap hak asasi manusia dan sistem demokrasi modern.
Lebih lanjut, dipaparkan juga oleh Anick bahwa pelatihan Juru Bicara Pancasila ini juga mempertemukan kaum lintas agama dalam satu kemah bersama untuk merekatkan dan menjembatani anak-anak muda serta generasi milenial dengan latar belakang yang beragam untuk berinteraksi dan memperbincangkan keberagaman.
“Selain penguatan isu kebangsaan, teman-teman juga akan dilatih skill penulisan, berdebat serta manajemen media sosial. Pengelolaan media sosial menjadi poin penting dalam pelatihan ini. Kita akan sama-sama mengampanyekan Pancasila di media sosial,” tambah Anick.
Menurutnya, media sosial sekarang ini dipenuhi dengan banyaknya berita hoaks dan ujaran kebencian sehingga berpengaruh memicu konflik dan sektarianisme, sehingga konten positif yang berorientasi menjaga ideologi kebangsaan juga perlu dikampanyekan seluas-luasnya.[]