JAKARTA, WB – Memperingati refleksi 20 tahun era Reformasi, Presidium Pena 98, menggelar pameran foto dan diskusi di 11 daerah selama sebulan kedepan.
Acara sendiri dimulai hari ini Kamis (26/4/2018) hingga 21 Mei 2018 nanti, dengan mengusung tema `20 Tahun Reformasi : Untuk Alasan Apapun Kami Tidak Mau Kembali Ke Orde Baru`.
Ketua panitia Pameran Fhoto dan Diskusi, Fendi Mugni menjelaskan bahwa, Pameran foto dan diskusi digelar dalam waktu hampir 1 bulan penuh, mulai 26 April sampai 21 Mei. Kegiatan tersebut digelar sebagai refleksi 20 tahun gerakan reformasi yang sudah dilakukan.
“Nanti acara serupa juga digelar di 10 kota lainnya, yaitu Aceh, Medan, Palembang, Lampung, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Makasar, dan Palu,” kata Fendi, di Graha Pena 98 Kemang Utara, Kamis (26/4/2018).
Fandi menjelaskan, pasca reformasi sudah menginjak 20 tahun dan semangat itu tetap ada. Harapan terhadap Indonesia baru, yang dicita-citakan masih tetap ada dan terus masyarakat ikut serta dan andil menjaga Indonesia agar semangat reformasi terus terjaga.
“Wujud reformasi kita harap terus terjaga,” tegas Aktivis Forkot ini.
Sementara itu, Sekjen Pena 98, Adian Napitupulu menjelaskan, bahwa 20 tahun lalu hampir seluruh mahasiswa Indonesia bergerak dengan kedudukan yang sama sebagai akumulasi kekecewaan terhadap pemerintahan Orba.
Anggota DPR dari PDIP ini mencatat, dulu ada banyak kekerasan, ancaman, ketidakadilan, kesewenangan yang dilakukan pada era Orba. Bahkan kata Adian, bisa dibilang
merata hampir pada seluruh rakyat Indonesia.
“Ada petani, nelayan, mahasiswa hampir di semua daerah. Kita ingat dulu ada mahasiwa yang ditembak mati di Makasar. Terhadap Parpol PDIP 27 Juli tahun 1996, kemudian terhadap nelayan termasuk kekerasan yang bernuasna politis dimana kebebasan dihambat, kemerdekaan berserikat dihambat,” ujar legislator dapil Jabar Lima ini.
Akumulasi tersebut, kata Adian kemudian membuat mahasiswa bergerak dengan harapan Indonesia menjadi Negeri yang dibangun diatas demokrasi, yang membuat manusia sama tanpa harus membedakan asal usul, latar pendidikan, dan suku.
“Jadi kalau dibilang siapa sesunggungnya yang terlibat dalam aksi 98 tidak bisa dilihat dari tanggal 21 Mei saja tapi harus dilihat dari waktu (rangkaian) sebelumnya, termasuk sikap-sikap mereka terhadap pemerintah Soeharto saat itu,” ulasnya.
Untuk itu, kata Adian, sudah menjadi tugas dirinya dan rekan seperjuangannya dalam reformasi 20 Tahun lalu untuk mengingatkan terus menerus tentang sejarah yang terjadi, agar tujuannya sejarah tidak dimanipulasi.
“Walapun kita sadar, kita tidak punya apa-apa sehingga tidak bisa dengan narasi sejarah dalam versi kita, sehingga sekarang dimanipulasi oleh mereka yang justru mengaku sebagai tokoh reformasi,” kata Adian.
Masih kata Adian, apa yang dihasilan gerakan 98 kini seolah dinikmati oleh orang-orang yang sebenarnya antidemokrasi, tidak proreformasi. Bahkan Adian melihat mereka sekarang mengusai partai politik.
“Mereka itu seolah-olah berada digaris tengah reformasi itu sendiri. Kita melihat, apa yang kita perjuangkan 20 tahun lalu sedang terancam.[]